Kita harus berkolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan berbagai aspek masyarakat untuk mulai membeli dan menyerap produk alat kesehatan dalam negeri
Tangerang, Banten (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meminta agar rumah sakit di Indonesia menggunakan ventilator karya anak bangsa sebagai upaya mewujudkan kemandirian nasional dalam bidang kesehatan yang juga mendorong substitusi impor.

“Kita patut berbangga, Indonesia telah mampu memproduksi ventilator high-end yang tidak kalah dengan produk luar. Kita harus berkolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan berbagai aspek masyarakat untuk mulai membeli dan menyerap produk alat kesehatan dalam negeri,” kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier lewat keterangannya di Tangerang, Kamis.

Hadirnya ventilator dalam negeri, menurut Taufiek, akan meningkatkan daya saing industri alat kesehatan nasional sehingga mampu bersaing dengan produk global.

Misalnya produk hasil konsorsium PT Swayasa Prakarsa, PT YPTI, dan PT Stechoq yang menghasilkan high-end ICU ventilator dan emergency ventilator, kemudian ventilator transport hasil inovasi Universitas Indonesia (UI), emergency ventilator dari Institut Teknologi Bandung (ITB), dan portable emergency ventilator dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Dalam upaya pengoptimalan penggunaan produk dalam negeri, Kemenperin berupaya untuk memasukkan produk alat kesehatan melalui katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

Baca juga: Kemenperin: Ventilator buatan RI dukung subtitusi impor alat kesehatan

“Pembelian produk dalam negeri ini akan meningkatkan industri dan perekonomian nasional. Pengembangan industri ini akan berkorelasi dengan kemakmuran nasional dan sejalan dengan pengembangan ekosistem pendidikan dan teknologi,” ujar Taufiek.

Guna mencapai sasaran tersebut, Kemenperin proaktif melakukan sosialisasi produk ventilator dalam negeri ke sejumlah wilayah, seperti di Sumatera Utara. Melalui kegiatan ini, diharapkan rumah sakit di wilayah Sumatera Utara dapat informasi bahwa produk ventilator buatan industri dalam negeri sudah tersedia.

“Produk-produk ini telah memiliki izin edar di Kementerian Kesehatan yaitu ventilator ICU V-01 dan ventilator emergency R-03 yang sudah memiliki sertifikat TKDN dengan nilai 43,16 persen dan 41,90 persen, serta sudah dapat dibeli melalui e-katalog LKPP,” papar Taufiek.

Dengan nilai TKDN di atas 40 persen, ventilator tersebut menjadi barang wajib yang harus dibeli pada pengadaan pemerintah atau BUMN.

Adapun potensi di Sumatera Utara terdapat 35 RSUD, 171 RS swasta, 163 RS terakreditasi, 615 puskesmas dan 23 puskesmas terakreditasi dengan kapasitas ventilator yang dimiliki sebanyak 590 ventilator di Sumatera Utara.

Sedangkan jumlah kebutuhan ventilator untuk RS Tipe B sebanyak 560 ventilator, RS Tipe C sebanyak 1230 ventilator, dan RS Tipe D sebanyak 310 ventilator.

“Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Utara membantu memonitor kebutuhan alat kesehatan di Sumatera Utara sepanjang pandemi COVID-19. Kebutuhan ventilator ke depan akan kita tingkatkan ke UPT dan puskemas agar memiliki ventilator, sehingga jika diperlukan segera dapat digunakan,” ungkap Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara Aspan Sofian.

Baca juga: Mampu produksi ventilator, Menperin: RI siap rebut pasar ekspor
 

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022