Singapura (ANTARA) - Dolar AS menguat secara luas di sesi Asia pada Jumat sore, bergerak ke tertinggi baru 32 tahun di atas 150 yen, karena imbal hasil obligasi pemerintah AS naik ke puncak baru multitahun di tengah taruhan Federal Reserve akan terus menaikkan suku bunga meskipun ada risiko resesi.

Sterling merosot ke level terendah dalam seminggu karena investor mencerna berita bahwa Perdana Menteri Inggris Liz Truss telah berhenti setelah hanya enam minggu menjabat. Dolar Aussie dan Selandia Baru yang sensitif terhadap risiko juga mundur.

Pejabat Fed tidak menunjukkan tanda-tanda mundur dari retorika hawkish mereka, dengan presiden Fed Philadelphia Patrick Harker mengatakan semalam bahwa bank sentral belum selesai menaikkan target suku bunga jangka pendek di tengah tingkat inflasi yang sangat tinggi.

Pasar uang hampir memperkirakan sepenuhnya untuk kenaikan suku bunga 75 basis poin pada November dan Desember.

"Dolar mendapat dukungan, semuanya bekerja untuk itu," kata Chris Weston, kepala penelitian di Pepperstone. "Ini adalah mata uang ajaib saat ini."

Greenback melonjak setinggi 150,43 yen untuk pertama kalinya sejak Agustus 1990 sebelum terakhir diperdagangkan naik 0,16 persen pada 150,38.

Pasangan mata uang ini sangat sensitif terhadap perubahan imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang terdorong ke tertinggi dalam lebih dari 14 tahun di 4,272 persen di perdagangan Tokyo.

Mata uang Jepang yang babak belur pertama kali melemah melewati level simbolis 150 pada Kamis (20/10/2022) sore di Tokyo, tetapi menguat tajam dari level terendah sementara di 150,09 per dolar menjadi 149,63 dalam satu menit.

Ancaman baru dari intervensi yang dibuat oleh pembuat kebijakan Jepang telah membuat investor tetap waspada, meskipun belum ada berita tentang tindakan lebih lanjut sejak intervensi penjualan dolar, pembelian yen oleh Kementerian Keuangan bulan lalu.

"(Mereka) tidak bisa lagi hanya mengandalkan intervensi bagian individu untuk menjaga agar yen tidak terdepresiasi. Anda dapat mengangkat kontrol kurva imbal hasil, atau tindakan bersama," kata Alicia Garcia Herrero, kepala ekonom untuk Asia Pasifik di Natixis.

Indeks dolar AS, yang melacak mata uang terhadap sekeranjang enam mata uang utama termasuk yen, pound Inggris dan euro, naik 0,15 persen menjadi 113,10.

Sementara itu, sterling turun 0,46 persen menjadi 1,11875 dolar, membawanya mendekati level terendah Kamis (20/10/2022) di 1,1172 dolar, level terlemah sejak 14 Oktober, dan menghapus jejak reli singkat ke 1,1338 dolar setelah Liz Truss mengumumkan pengunduran dirinya sebagai perdana menteri.

"Saya pikir itu adalah reaksi spontan terhadap setidaknya pelonggaran sementara ketidakpastian politik Inggris," kata Carol Kong, ahli strategi mata uang di Commonwealth bank of Australia (CBA).

"Tetapi berita yang kami dengar hanya menghilangkan beberapa, tetapi tidak semua ketidakpastian politik dalam ekonomi Inggris, dan kami masih akan mendengar lebih banyak tentang kebijakan fiskal pada akhir bulan ini."

Truss dijatuhkan oleh program ekonomi yang mengirimkan gelombang kejutan melalui pasar dan menghancurkan reputasi negara untuk stabilitas keuangan.

Partai Konservatif, yang memegang mayoritas besar di parlemen dan tidak perlu mengadakan pemilihan nasional selama dua tahun lagi, sekarang akan memilih pemimpin baru pada 28 Oktober - perdana menteri kelima Inggris dalam enam tahun.

Euro turun 0,22 persen menjadi 0,97645 dolar, setelah mengikuti pergerakan sterling ke level tertinggi semalam di 0,98455 dolar.

Aussie turun 0,41 persen menjadi 0,6257 dolar AS, sementara kiwi Selandia Baru merosot dengan margin yang hampir sama menjadi 0,5652 dolar AS.


Baca juga: Dolar AS tembus 150 yen, sterling melemah setelah PM Ingris mundur
Baca juga: Sterling turun di Asia setelah Truss mengundurkan diri, yen lewati 150
Baca juga: Dolar terus menguat di Asia, yen mendekati level kunci 150

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022