Pekanbaru (ANTARA) - Tidak mudah.  Namun, itu tidak menyurutkan niat Rinwiningsih (55) untuk membesarkan pondok pesantren yang dirintisnya. Pondok Pesantren (Ponpes) Ibnu Al-Mubarok di Jalan Sri Amanah No. 29, Muara Fajar Rumbai, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, yang dirintisnya semula hanya memiliki lima murid Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau setingkat Sekolah Dasar (SD).. 

Pesantren itu kini sudah memiliki 250 anak didik mulai Raudhathul Atfal (setara Taman Kanak-kanak), dan Madrasah Ibtidaiyah, dengan 21 tenaga pengajar.  Rencananya,  mulai tahun depan, Ponpes ini akan menerima juga anak didik untuk Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Pondok Pesantren Ibnu Al-Mubarak awalnya bernama Ulil Albab di bawah Yayasan Ulil Albab. Pondok ini dirintis oleh Jefri pada 1998. Namun, sejak Juli 2019 hingga saat ini lembaga tersebut berubah nama menjadi Lembaga Pendidikan Ibnu Al-Mubarok di bawah Yayasan Ulil Albab yang diketuai Rinwiningsih.
 
Pendidikan yang diterapkan adalah full day school, anak mendapatkan pendidikan ilmu pengetahuan umum, belajar agama dan tahfiz dimulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Juga mondok di pesantren untuk belajar menjadi dai cilik, tidur, sholat, istirahat dan makan, hingga mengelola timbulan sampah di Ponpes.  

Terkait dengan timbulan sampah, Rini--sapaan akrab pengasuh di Ponpes Ibnu Al-Mubarak, Rinwiningsih--  melakukan apa saja yang bisa dikerjakan sepanjang pekerjaan yang dilakukan positif. Belajar dari internet, Rini bersemangat menyelesaikan timbulan sampah-sampah organik dan nonorganik yang ada di pondok.

Tidak ada bos atau senioritas, seluruh pekerjaan dilakukan bersama. Permasalahan yang muncul juga dilakukan bersama,  yang diutamakan adalah keselarasan dan keseimbangan. 

Dari keseriusan tersebut, berbagai usaha yang telah dikembangkan pesantren, khususnya dari mengolah sampah, bisa mencapai kisaran Rp15-30 juta setiap bulan sehingga semakin memicu kemandirian pesantren.

Untuk  menyiasati tumpukan sampah sisa makanan anak didik, Rini mengolahnya menjadi pupuk lindi. Pupuk itu dapat untuk menyiasati harga pupuk yang mahal guna memenuhi kebutuhan pupuk tanaman di pesantren. Berbagai tanaman yang sudah dikembangkan di pondok di antaranya matoa, jeruk, lemon, azola, kacang panjang, cabai, pisang, kelapa, jagung dan anggur.

Pondok Pesantren Ibnu Al-Mubarak memproduksi  kompos dari sampah-sampah tanaman, sedangkan dari sampah dari sisa makanan anak-anak pesantren diolah menjadi pupuk lindi. Pembuatan kompos maupun pupuk lindi relatif mudah. 

Untuk membuat pupuk lindi misalnya,  pertama menyediakan dua ember. Ember pertama, dibuat beberapa lubang di alas ember sebagai tempat produksi sampah lindi. Sedangkan satu ember lainnya,  untuk menampung hasil produksi pupuk cair lindi dengan memasangkan kran. Sisa makanan dimasukkan ke dalam ember yang berlobang dan cukup diberi 3 sendok makan gula pasir sebagai bahan untuk memproses sampah sisa makanan.

"Sampah terus bertambah setiap bulan.  Keinginan saya adalah bagaimana pesantren dapat mengelola sampah secara mandiri dan dapat menjadi sumber pendapatan," katanya.

Karenanya Rini bersama jajaran pondok terus berupaya melakukan terobosan-terobosan di antaranya melalui pelatihan yang didampingi Universitas Lancang Kuning (Unilak) Pekanbaru, Riau,  serta PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) WK Rokan selama 10 bulan. Beragam pelatihan sudah dijalani untuk meningkatkan produk pengolahan sampah organik, pembuatan kemasan produk, desain logo dan stiker untuk pupuk lindi, maggot atau belatung untuk pakan ikan dan pupuk kompos. Produk ini dijual secara langsung dan melalui  e-commerce.

Intervensi pembinaan dari PHR yang pertama adalah membangun sarana bank sampah ukuran 5x6 tetapi setelah pensantren mengikuti pameran ke Batam dan Jakarta hingga meraih bantuan Rp50 juta. Uang tersebut telah digunakan untuk pengembangan sarana dan prasarana usaha pesantren.

Mencermati aktivitas yang dilakukan  Pondok Pesantren Ibnu Al-Mubarok,  maka Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pekanbaru, Hendra Apriadi, akan menyiapkan armada dan petugas untuk menyetorkan sampah makanan (organik) ke pondok pesantren tersebut.

"Kita akan siapkan armada untuk mengangkut sampah organik, sampah sisa makanan dari rumah-rumah warga di 4 RW Rumbai. Jika armadanya kurang akan ditambah lagi. DLHK Kota Pekanbaru sudah berkoordinasi dengan lurah setempat," katanya.

Pemerintah Kota Pekanbaru memiliki 20 unit dump truk, 4 unit arm roll truck dan 6 unit pikap Isuzu. Selain itu, peralatan yang dimiliki instansi ini adalah backhoe loader sebanyak 1 unit, becak motor 3 unit.

Total Penduduk di Kota Pekanbaru sebanyak 1.011.501 jiwa,   sedangkan timbulan sampah mencapai 910.350,90 kg/orang/hari. Berdasarkan data, Kecamatan Rumbai berpenduduk 92.195 jiwa, dengan timbulan sampah 82.975,50 kg/orang/hari, Kecamatan Rumbai Timur jumlah penduduk 33.442 jiwa jiwa, dengan timbulan sampah mencapai 3.097,80 kg/orang/hari, dan Kecamatan Rumbai Barat berpenduduk 25.205 jiwa, dengan timbulan sampah 22.684,50 kg/orang/hari.

Berprestasi

Setelah intervensi dari berbagai pihak, seperti  program dari PT PHR bersama Unilak, Pondok Pesantren Ibnu Al-Mubarak meraih beberapa prestasi seperti video terbaik pada Ekspo PT Pertamina Hulu Rokan di Batam tahun 2022, serta mampu mengadakan pelatihan dan sosialisasi kepada instansi pemerintah dari kantor camat, kantor lurah.

Selain itu, pembuatan workshop bank sampah dilakukan pada Desember 2021 serta peresmian bank sampah. Setelah adanya bank sampah, capaian yang diperoleh adalah pengurangan volume sampah sebesar 0,015 persen dan berkontribusi sebesar 0,035 persen terhadap timbunan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Muara Fajar Rumbai, Pekanbaru.

Masyarakat sekitar  kini telah memilah sampah dari rumah dan ditabung di unit Bank Sampah Agrowisata Ponpes Ibnu Al-Mubarok. Dengan adanya bank sampah ini pendapatan meningkat dan ada penambahan pekerja.

Berikutnya, dalam pengembangan budi daya maggot, diperoleh produk magot yang telah dikemas dengan baik. Pondok pesantren telah mampu menghasilkan maggot 43 kg/hari. Produk ini telah dipasarkan ke luar daerah Riau.

Keberadaan workshop maggot telah digunakan sebagai sentra pengembangan maggot serta tempat pelatihan yang diikuti oleh masyarakat sekitar, binaan bank sampah Unilak, dan pihak pemerintah lainnya. Prestasi ini diyakini mampu berkontribusi terhadap Indonesia Bersih 2025.


Indonesia Bersih 2025

Dewan Komisaris PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), Rosa Vivien Ratnawati, mengatakan PHR berupaya mendorong pengelolaan sampah organik dan nonorganik secara berkelanjutan guna mencapai target Indonesia bersih sampah pada  2025.

Untuk mencapai target tersebut, sesuai kebijakan pemerintah diupayakan pengurangan sampah 30 persen, penanganan sampah 70 persen. Artinya, 100 persen sampah terkelola dengan baik, serta sampah tidak ada lagi dibuang ke lingkungan secara ilegal. 

Vivien yang juga Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3), Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) itu, mengatakan kinerja Ketua Yayasan Pondok Pesantren Ibnu Al Mubarok yang telah mendorong penanganan sampah rumah tangga di lingkungannya sudah menjadi nol patut diapresiasi dengan baik.

Karenanya, ia berharap ke depan pengelolaan sampah non-organik harus lebih maju guna mendukung ketersediaan bahan baku daur ulang sampah untuk memenuhi kebutuhan industri daur ulang Indonesia.

"Indonesia butuh bahan baku daur ulang lebih banyak lagi.   Indonesia dalam setahun menghasilkan sampah sebanyak 67,8 juta ton, dan  sebanyak 15 persen di antaranya adalah sampah plastik, 12 persen kertas dan lainnya," katanya.

Akan tetapi, sampah  yang didaur ulang baru tujuh persen, dan plastik lainnya masih terbuang. Artinya perusahaan industri daur ulang masih mengimpor bahan baku sampah terpilah, sedangkan penanganan sampah di Tanah Air belum terpilah dengan baik.

Namun demikian, dirinya mengaku senang, sebab anak-anak Ponpes Ibnu Al-Mubarok Rumbai sudah diajari memilah sampah dari sumber sampah. "Saya senang anak-anak sejak dini sudah diajari memilah sampah, anak-anak gembira memiliki buku tabungan sampah mereka dari hari ke hari bertambah setelah menyetorkan sampah-sampah non-organik ke bank sampah di lingkungan pesantren itu," katanya.

Untuk mendukung keberlanjutan pengelolaannya, PHR harus memfasilitasi Bank Sampah Agrowisata Rumbai ini masuk ke dalam Asosiasi Bank Sampah Indonesia dan Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia agar bisa lebih berkembang.

Sebab,  Bank Sampah Agrowisata Rumbai sudah berkontribusi luar biasa membantu Pemkot Pekanbaru dalam mengurangi sampah sehingga perhatian khusus perlu diberikan pada usaha-usaha bank sampah seperti ini akan terus berlanjut.

Sementara itu, Vice President Corporate Affair PT. PHR, Sukamto Thamrin, mengatakan pihaknya sudah memberikan pendampingan bagi bank sampah di Duri Siak, Mias dan Pekanbaru yang diharapkan memunculkan dampak ganda pengelolaan dan penanganan sampah tersebut.

Masyarakat di sekitar pondok pesantren ini mulai sadar sampah  bahwa sampah bisa menjadi pupuk. PHR akan tetap memberikan pendampingan dan akan terus berkelanjutan baik dalam pelatihan daur ulang sampah, ketersediaan transportasi pengangkut serta pemasarannya.

Dosen Fakultas Ekonomi dari Lembaga Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) Unilak,  Dr. Jeni Wardi SE, mengatakan pihaknya bersama PHR akan terus mendampingi usaha daur ulang dan pengelolaan sampah yang dikelola Yayasan Pondok Pesantren Ibnu Al-Mubarok Rumbai agar terus berlanjut.  

Dengan bekerja keras dan bergotong royong,  kendala dialami Rini bersama jajaran Pondok Pesantren Ibnu Al-Mubarok mulai teratasi.  Kesulitan mencukupi kebutuhan sampah untuk pakan magot, kurangnya buku tabungan nasabah Bank Sampah Ponpes Ibnu Al Mubarok, dan terhambatnya penjemputan sampah ke nasabah di sekolah dan warga karena transportasi bentornya rusak, kini mulai terurai bersama terurainya sampah menjadi produk bernilai ekonomis dan bermanfaat.
 

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022