Jakarta (ANTARA) - Turki menyatakan berhasil mengisi persediaan gas alam bawah tanah negara itu menjelang masuknya musim dingin dan menyatakan kepercayaan diri dalam menghadapi gejolak sektor energi dampak krisis Rusia-Ukraina.

Pada Oktober, perusahaan milik negara Petroleum Pipeline Corporation (Botas) mengumumkan bahwa dua fasilitas gas alam bawah tanah negara itu mencapai "kapasitas penyimpanan 100 persen."

Dengan kapasitas penyimpanan masing-masing 4,6 miliar meter kubik dan 1,2 miliar meter kubik, kedua fasilitas tersebut seharusnya dapat menyediakan gas yang cukup untuk memenuhi sekitar 10 persen konsumsi tahunan, menurut Botas.

Ali Arif Akturk, seorang peneliti dan pakar energi, mengatakan Turki tidak akan mengalami kekurangan pada musim dingin tahun ini seperti benua Eropa.

"Kami memperkirakan bahwa tidak akan ada kekurangan atau pengurangan pasokan gas alam Rusia," katanya kepada Xinhua, seraya menjelaskan bahwa hubungan baik antara Ankara dan Moskow akan mencegah gangguan pasokan gas ke Turki.

"Kemungkinan terjadinya krisis gas di Turki kecil karena Rusia ingin mengekspor gasnya ke negara-negara yang menghendakinya," katanya.

Namun, pakar itu memperingatkan bahwa pada masa krisis, fasilitas penyimpanan gas saat ini tidak akan memenuhi kebutuhan di kota-kota besar seperti Istanbul dan Ankara, dua kota terbesar dengan total populasi lebih dari 21 juta orang, yang juga merupakan pusat industri yang mengonsumsi gas alam dalam jumlah besar.

Konsumsi gas tahunan di Turki naik dari 48 miliar meter kubik pada 2020 ke rekor tertinggi sebanyak 60 miliar meter kubik pada 2021 dan diperkirakan akan mencapai 62 miliar meter kubik hingga 63 miliar meter kubik tahun ini, menurut data resmi.

Pewarta: Xinhua
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2022