Di sini, orang tua berperan sebagai mediator, fasilitator
Jakarta (ANTARA) - Psikolog dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia Ratih Ibrahim, M.M., Psikolog mengingatkan para orang tua agar sebisa mungkin melakukan sendiri atau terlibat langsung dalam menstimulasi anak kecuali bila ada keterbatasan-keterbatasan.

Dia dalam sebuah webinar kesehatan, Rabu, mengatakan, keterlibatan orang tua secara langsung penting dalam proses tumbuh kembang anak yang optimal agar dia menjadi pribadi hebat di masa depan.

Dalam hal ini kesehatan mental orang tua khususnya ibu perlu benar-benar menjadi perhatian. Kondisi kesehatan mental ibu, sambung Ratih, dapat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak.

Baca juga: Orangtua harus peka terhadap perkembangan sosial emosional anak

"Orang tua harus memperhatikan bagaimana kondisi kesehatan. Sehat bukan berarti tidak sakit, tetapi semua vitalitas staminanya optimal," kata Ratih.

Dalam memberikan stimulasi, orang tua memberikan kesempatan pada anak-anak untuk belajar mengoptimalkan apa yang mereka punya, diberi kesempatan berinteraksi dan bereksplorasi dengan dunia luar.

"Itu akan membuka semua jendela dia untuk bisa berkembang daya kognisinya dengan optimal. Di sini, orang tua berperan sebagai mediator, fasilitator yang mengantar dan menemani anak-anak kita," kata Ratih.

Sebelum stimulasi, anak perlu dipastikan sehat salah satunya dengan mendapatkan asupan nutrisi sesuai kebutuhan anak. Ratih mencatat, terkadang orang tua lengah pada potensi malnutrisi yang sifatnya sangat mikro.

"Anaknya kelihatan baik-baik saja, tetapi ternyata ada kekurangan maupun kelebihan asupan nutrisinya yang membuat perkembangan kognitifnya tidak optimal," demikian kata Ratih.

Baca juga: Orang tua harus ikuti perkembangan zaman demi masa depan anak

Ratih menyebutkan, ada delapan parameter dalam perkembangan kognitif, yakni meliputi perhatian, fokus, daya ingat, kemampuan berbahasa, psikomotor, logika, penalaran, dan pengambilan keputusan.

Pada psikomotor misalnya, yakni melalui gerak anak, orang tua bisa melihat bagaimana perkembangan kognitif mereka. Ini melibatkan gerakan otot besar seperti berjalan, berjinjit, berlari. Sementara gerakan motorik halus melibatkan jari-jari tangan bagaimana dia memegang alat tulis, mengambil makanan dan memasukkan ke dalam mulut.

"Anak-anak juga bisa kita lihat bagaimana cara dia berlogika, berpikir, melakukan penilaian yang tepat. Sejak usia dini itu bisa kita lihat observasi dan latihkan pada anak-anak. Kita bisa ajak anak mulai mengambil keputusan atas dasar kemampuan dia sendiri misalnya mau makan nasi atau bubur," kata Ratih.

Kemudian, untuk kemampuan lain seperti perhatian yakni bagaimana anak mengarahkan perhatian pada hal tertentu, dapat menyelesaikan tugas, mengingat informasi dan mengekspresikan pikirannya dengan perasaan secara lisan dan perlahan dengan tertulis.

Baca juga: Dokter: Sadari tahap perkembangan penglihatan untuk cegah ambliopia

Baca juga: Dokter: Asupan air penting untuk perkembangan organ anak

Baca juga: Kiat Putri Titian dukung perkembangan sosial emosional anak

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022