Jakarta (ANTARA) - Psikiater dari RSPUN Cipto Mangunkusumo dr. Gina Anindyajati, SpKJ mengatakan, stres bisa diatasi dengan menerapkan gaya hidup sehat, termasuk pola diet sehat, pola tidur berkualitas, aktivitas fisik, dan keterampilan berpikir rasional.

"Dalam mencegah stres yang berkepanjangan, bisa kita atasi dengan menerapkan gaya hidup sehat. Yang termasuk dalam gaya hidup sehat adalah pola diet sehat, tidur yang cukup dan berkualitas, aktivitas fisik yang rutin, dan kemampuan berpikir yang rasional," kata Gina dalam peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang digelar daring oleh Puskesmas Ciracas Jakarta Timur, diikuti dari Jakarta, Jumat.

Baca juga: Gaya hidup tidak sehat jadi faktor risiko stroke di usia muda

Gina menjelaskan, pola diet sehat yang dimaksud salah satunya dengan mengurangi konsumsi makanan olahan dan makanan yang tinggi kadar gula dan lemak, karena akan melepaskan radikal bebas yang bersifat racun.

Menurutnya, radikal bebas sebenarnya bisa dibuang jika sistem metabolisme dalam tubuh berjalan normal. Namun, ia mengingatkan bahwa kemampuan metabolisme tubuh terbatas, sehingga makanan olahan dan makanan yang tinggi lemak dan gula sebaiknya juga dibatasi.

"Kemampuan metabolisme tubuh kita itu terbatas. Akhirnya, radikal bebas yang harusnya dibuang jadi enggak bisa dibuang. Kemudian menimbulkan efek beracun yang disebut stres oksidatif yang mempengaruhi organ terutama otak kita," kata Gina menjelaskan.

Baca juga: Agar menopause tak perlu ditakuti tetapi siap dihadapi

"Stres oksidatif berkepanjangan akan mempengaruhi cara kerja otak, sehingga orang tersebut menjadi lebih rentan mengalami gangguan jiwa seperti skizofrenia, bipolar, maupun depresi," ujar dia.

Di samping diet gula, lemak, dan makanan olahan, Gina juga mengatakan penting untuk mengonsumsi makanan sumber antioksidan seperti jambu, sirsak, jeruk, brokoli, wortel, tomat, kunyit, teh hijau, bawang putih, dan kayu manis.

Baca juga: Hari Cuci Tangan Pakai Sabun dorong penerapan gaya hidup sehat

Selanjutnya, Gina juga merekomendasikan tidur cukup yakni 7-8 jam per hari. Kurangnya jam tidur, kata dia, akan mengubah mekanisme kerja daya tahan tubuh sehingga dia akan menyebabkan peradangan yang kronis, peningkatan risiko penyakit kardiometabolik, kanker, autoimun, dan neurodegeneratif.

Ia juga menyarankan untuk menghindari penggunaan gawai di malam hari terutama sebelum tidur. Menurutnya, paparan cahaya di malam hari dapat mengganggu ritme sirkadian sehingga mengakibatkan peningkatan risiko kanker, difsungsi metabolisme, dan gangguan suasana hati.

Baca juga: Dinkes Kepri: Gaya hidup tidak sehat picu penyakit jantung

Kemudian, Gina mengatakan aktivitas fisik juga menjadi hal yang sangat penting. Ia menjelaskan, kurang gerak atau hanya duduk selama lebih dari delapan jam per hari akan meningkatkan risiko peradangan kardiovaskular, obesitas, diabetes, serta gangguan kecemasan dan gangguan jiwa lainnya.

Adapun aktivitas yang ia rekomendasikan adalah jalan kaki ringan, jogging, bersepeda, berenang, serta aktivitas relaksasi seperti yoga dan tai chi.

Selain itu, Gina mengatakan bahwa pola pikir yang rasional juga penting untuk mengatasi stres. Menurutnya, pemikiran yang tidak rasional cenderung dianggap sebagai ancaman sehingga emosi yang muncul adalah emosi negatif.

Baca juga: Rekomendasi kegiatan gaya hidup berkelanjutan di rumah

"Sebagai manusia, kita cenderung punya pikiran yang otomatis bersifat negatif. Tugas kita adalah belajar mengenali," kata Gina.

"Setiap ada kejadian, ada pikiran yang muncul, cek pada diri sendiri, pikiran saya benar atau enggak, sesuai kenyataan atau enggak. Kalau enggak, sebetulnya seperti apa. Pikiran baru inilah yang akan membuat kita menjadi lebih baik," ujarnya.

Baca juga: Dokter: Cegah penyakit jantung dengan gaya hidup sehat

Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2022