Bandung (ANTARA) - Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran (Unpad) mengembangkan terapi bagi beragam jenis fobia atau rasa takut melalui teknologi perangkat Virtual Reality (VR) berbasis Exposure Therapy.

Dosen Fakultas Psikologi Unpad, Aulia Iskandarsyah mengatakan intervensi psikologi dari psikolog untuk melakukan proses terapi fobia itu memiliki biaya yang tinggi. Sehingga, pengembangan teknologi VR cukup potensial untuk terapi fobia.

“Pertama, penggunaannya mudah. Seseorang bisa mengundang sesuatu atau lingkungan yang dia takuti tanpa harus ke dunia nyatanya,” kata Aulia dalam keterangan resmi Unpad di Bandung, Jawa Barat, Rabu.

Baca juga: Mengatasi rasa takut dengan tidur

Aulia mencontohkan seseorang yang memiliki fobia terbang nantinya dihadirkan di lingkungan virtual seolah-olah berada di pesawat terbang melalui perangkat VR tersebut.

Menurutnya, hal tersebut menjadi esensi dari teknologi VR yang sebenarnya. Karena, teknologi VR bisa menghadirkan realitas ke dalam dunia virtual, bukan sebaliknya.

Dia menjelaskan pengembangan inovasi tersebut dilakukan sejak tahun 2017 bersama peneliti lain dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Unpad. Adapun perangkat VR yang digunakan berjenis Oculus Quest 2.

Pada studi awal, katanya, hal yang dilakukan, yakni mengintervensi rasa takut akan kondisi gelap. Dia mengatakan orang yang telah menjalani terapi itu mengalami penurunan intensitas rasa takut akan gelap.

Kemudian, studi lainnya mengintervensi rasa takut berbicara di hadapan publik. Dalam melakukan intervensi itu, tim menyiapkan level tertentu dengan jumlah audiens berbeda yang akan dihadapi pengguna.

Baca juga: Macam-Macam Fobia

Baca juga: Komnas HAM: Protap Kapolri Penanggulangan Anarki Timbulkan Fobia


"Ketika dia mengatasi satu sesi, dia akan masuk ke sesi (level) berikutnya, sehingga menambah kepercayaan dirinya, dan hasil risetnya menunjukkan bahwa orang yang telah melakukan latihan dengan simulasi VR ini dia lebih percaya diri dan berkurang rasa cemasnya," kata dia.

Aulia mengatakan inovasi pemanfaatan teknologi untuk terapi itu memiliki keunggulan efektivitas biaya, karena prosedur intervensi oleh psikolog tidak perlu dilakukan dalam ruangan khusus.

Selain itu, perangkat tersebut mampu memberikan kepercayaan bahwa pasien atau klien sendiri yang memiliki kemampuan untuk mempelajari ulang sesuatu dan mengatasi ketakutan yang dimilikinya.

“Saya kira Unpad menjadi salah satu yang pertama mengembangkan ini,” kata Aulia.

Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022