Jakarta (ANTARA News) - Amerika Serikat (AS) akan segera memberikan perangkat sistem peringatan dini (early warning) untuk mendukung pengamanan di Selat Malaka yang dilakukan oleh tiga negara pantai yakni Indonesia, Malaysia, dan Singapura. "AS telah sepakat untuk memberikan bantuan teknis sesuai apa yang dibutuhkan tiga negara pantai untuk mengamankan Selat Malaka. Indonesia saat ini, membutuhkan perangkat early warning," kata Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto dalam perjalanan Batam-Jakarta, Jumat malam. Ia mengatakan, perangkat peringatan dini itu akan dipasang di beberapa titik di sepanjang wilayah RI di Selat Malaka, dan akan dipasangkan pula di kapal patroli maritim (maritime patrol aircraft-MPA). Selain itu, AS juga berjanji saling menukar informasi intelijen kepada tiga negara pantai mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan situasi dan kondisi keamanan selat terpadat di dunia itu. "Kepedulian AS terhadap pengamanan di Selat Malaka itu disampaikan Deputi Menteri Pertahanan AS, sekaligus menegaskan bahwa mereka tidak akan hadir secara `fisik` dengan menghadirkan kekuatan militer, melainkan dengan memberikan dukungan teknis untuk mengamankan Selat Malaka," tutur Djoko. Selat Malaka dibatasi Pulau Rondo hingga Pukhet di sebelah utara dan di sebelah selatan dibatasi oleh Pulau Karimun hingga Tanjung Piai, dengan panjang seluruhnya mencapai sekitar 500 mil atau 926 kilometer. Untuk mengamankan Selat Malaka, Indonesia membentuk kerja sama keamanan trilateral dengan Malaysia dan Singapura yang dinamakan Patroli Terkoordinasi (Coordinated Patrol) Malsindo. Dalam kegiatan pengamanan Selat Malaka lewat Malsindo itu, dibangun beberapa titik pengawasan (point control) masing-masing di Belawan dan Batam (Indonesia), Lumut (Malaysia) dan Changi (Singapura). Tiga negara pantai yakni Indonesia, Malaysia dan Singapura kembali menegaskan, bahwa partisipasi internasional untuk mengamankan Selat Malaka tetap harus memperhatikan prinsip kedaulatan tiga negara tersebut atas selat sepanjang 500 mil itu. Oleh karena itu, bentuk kepedulian internasonal seperti yang ditawarkan AS dan Jepang harus sesuai dengan kebutuhan tiga negara pantai dalam mengamankan Selat Malaka termasuk dalam operasionalnya. Untuk memperkuat kerja sama dan memperkokoh komitmen tiga negara itu dalam mengamankan Selat Malaka, telah ditandatangani term of Reference (TOR) Joint Coordinating Committee (JCC) Malacca Straits Patrol (MSP) di Batam pada 21 April 2006. TOR JCC MSP mengatur koordinasi tiga negara dalam melakukan operasi pengamanan di Selat Malaka, termasuk tukar menukar informasi intelijen. Selain itu TOR JCC MSP juga menjadi payung hukum bagi pelaksanaan patroli terkoordinasi di laut dalam kerangka Malsindo (Malaysia-Singapura-Indonesia) dengan pengamanan melalui udara (eye in the sky). Tiga negara juga menandatangani Standard Operational Procedure (SOP) pengamanan Selat Malaka yang memadukan pengamanan di laut, udara dan tukar menukar informasi intelijen. Pengesahan TOR JCC MSP dan SOP MSP itu dihadiri oleh Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto, Panglima Angkatan Bersenjata Malaysia Admiral Tan Sri Dato` Mohd Anwar bin Hj Mohd Noor, serta Panglima Angkatan Besenjata Singapura Letnan Jenderal Ng Yat Chung.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006