Pasar pangan murah ini adalah bentuk sinergi pemerintah daerah dan stakeholders baik melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)...
Makassar (ANTARA) - Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan bersama mitra terus menjaga stabilitas inflasi, salah satunya dengan menggelar pasar pangan murah.

"Pasar pangan murah ini adalah bentuk sinergi pemerintah daerah dan stakeholders baik melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) maupun Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP)," kata Deputi Kepala Perwakilan BI Sulsel, Fadjar Majardi dalam keterangan persnya di Makassar, Jumat.

Dia mengatakan, bersamaan dengan GNPIP tersebut digelar pasar pangan murah di seluruh 24 kabupaten/kota di Sulsel.

Baca juga: Kunjungi Pasar Bukateja, Mendag: Harga bahan pokok stabil dan murah

Menurut dia, menjelang akhir tahun 2022 penguatan kerja sama antardaerah (KAD), pelaksanaan operasi pasar, dan pemantauan harga terus dilakukan untuk menjaga ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga komoditas di pasar.

Apalagi risiko tekanan harga akibat gangguan rantai pasok global terus diwaspadai oleh TPID Sulsel, sehingga semua pihak harus bekerja sama dan bahu-membahu mengatasi dampaknya.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), Sulawesi Selatan mengalami deflasi bulanan sebesar 0,18 persen (mtm). Angka ini lebih dalam dibandingkan nasional yang tercatat mengalami deflasi sebesar 0,11 persen.

Secara spasial, dari 5 kota IHK di Sulsel, Kota Watampone merupakan daerah yang mengalami deflasi bulanan tertinggi sebesar 0,58 persen, sedangkan deflasi bulanan terendah dialami oleh Kota Makassar sebesar 0,11 persen.

Baca juga: Pemkab Banyumas gelar Gerakan Pangan Murah kendalikan inflasi

Sementara itu secara tahun kalender, Sulsel tercatat mengalami inflasi sebesar 4,76 persen (ytd), menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat mengalami inflasi sebesar 4,95 persen.

Secara tahunan, Sulsel tercatat mengalami inflasi sebesar 6,12 persen. Deflasi bulanan di Sulsel pada Oktober 2022 disumbang oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil deflasi sebesar 0,38 persen.

Deflasi sebesar 1,28 persen, pada kelompok ini utamanya disumbang oleh penurunan harga cabai rawit, tomat, telur ayam ras, ikan cakalang/ikan sisik, dan cabai merah.

Di sisi lain, deflasi lebih dalam tertahan oleh inflasi pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, serta kelompok transportasi.

"Inflasi pada kedua kelompok ini terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga popok bayi, produk perawatan tubuh, bensin, dan angkutan dalam kota," ujarnya.
 

Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022