Jakarta (ANTARA) - Bulan November 2022, Indonesia memperingati Hari Guru. Hari Guru tahun ini merupakan saat yang tepat melakukan refleksi terhadap dunia pendidikan. Kemajuan teknologi digital ini menjadi tantangan berat bagi guru.

Pada era sekarang, guru harus mampu memanfaatkan teknologi digital untuk mendesain pembelajaran yang kreatif.

Guru yang lebih banyak berperan sebagai fasilitator harus mampu memanfaatkan teknologi digital yang ada untuk mendesain pembelajaran kreatif yang memampukan siswa aktif dan berpikir kritis.

Teknologi dalam dunia pendidikan terutama melalui e-learning mempercepat kemajuan pendidikan di dunia termasuk Indonesia. E-learning memungkinkan siklus proses mengajar dan belajar Guru dengan anak didik dapat dilakukan oleh siapa pun, kapan pun, dan di mana pun.

Layaknya prinsip kegiatan online lainnya, jarak dan waktu tidak lagi menjadi penghalang untuk melakukan kegiatan, termasuk dalam hal ini adalah belajar. E-Learning secara tepat. e-Learning sendiri adalah salah satu bentuk dari konsep Distance Learning, yaitu instructional delivery yang tidak mengharuskan siswa untuk hadir secara fisikpada tempat yang sama dengan pengajar (Orneger,UNESCO, 2003).

Bentuk e-Learning sendiri cukup luas, sebuah portal yang berisi informasi ilmu pengetahuan sudah dapat dikatakan sebagai situs e-Learning. E-Learning atau Internet enabled learning menggabungkan metode pengajaran dan teknologi sebagai sarana dalam belajar. (Jo Hamilton-Jones).

E-Learning adalah proses belajar secara efektif yang dihasilkan dengan cara menggabungkan penyampaian materi secara digital yang terdiri dari dukungan dan layanan dalam belajar. (VaughanWaller, 2001). Definisi lain dari e-Learning adalah proses instruksi yang melibatkan penggunaan peralatan elektronik dalam menciptakan, membantu perkembangan, menyampaikan, menilai dan memudahkan suatu proses belajar mengajar di mana pelajar sebagai pusatnya serta dilakukan secara interaktif kapanpun dan di manapun.

Sistem e-Learning diharapkan bukan sekadar menggantikan tetapi diharapkan pula untuk dapat menambahkan metode dan materi pengajaran konvensional seperti diskusi dalam kelas,buku, CD-ROM dan pelatihan komputer non internet.

Berbagai elemen yang terdapat dalam sistem e-Learning adalah pertama soal-soal. Materi dapat disediakan dalam bentuk modul, adanya soal-soal yang disediakan dan hasil pengerjaannya dapat ditampilkan.Hasil tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur dan pelajar mendapatkann apa yangdibutuhkan.

Kedua, komunitas. Para pelajar dapat mengembangkan komunitas online untuk memperoleh dukungan dan berbagi informasi yang saling menguntungkan.

Ketiga pengajar online. Para pengajar selalu online untuk memberikan arahan kepada para pelajar, menjawab pertanyaan dan membantu dalam diskusi. Keempat, kesempatan bekerja sama. Adanya perangkat lunak yang dapat mengatur pertemuan online sehingga belajar dapat dilakukan secara bersamaan atau real time tanpa kendala jarak.

Kelima, multimedia. Penggunaan teknologi audio dan video dalam penyampaian materi sehingga menarik minat dalam belajar.

Teknologi pendidikan saat ini menjadi penting mengakselarasi penyerapan ilmuwan pengetahuan di bidang pendidikan.

Ketertinggalan penerapan teknologi pendidikan bisa membawa Indonesia tertinggal dalam dalam tranformasi teknologi dan pengetahuan dengan banyak negara di dunia.

Untungnya perkembangan itu telah diantisipasi Mendikbudristek Nadiem Makarim begitu dilantik jadi Menteri sebelum Pandemi Covid langsung melontarkan prioritas penggunaan teknologi digital di dunia pendidikan.

Di awal jabatan Nadiem, Kemendikbudristek telah meluncurkan program Digitalisasi Sekolah yang menjangkau pelosok luar jawa seperti di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, pada tanggal 18 September 2019.

Pada kesempatan ini, Mendikbud membagikan komputer tablet kepada 1.142 siswa yang terdiri dari 508 siswa kelas 6, 303 siswa kelas VII, dan 331 kelas X. Komputer tablet yang dibagikan telah diisi dengan buku elektronik dan aplikasi Rumah Belajar yang dapat digunakan untuk mengakses materi dengan atau tanpa jaringan Internet.

Mendistribusikan perangkat terkait dengan infrastruktur teknologi pendidikan digital seperti komputer tablet yang akan digunakan oleh masing-masing siswa, setiap sekolah juga menerima satu unit PC server, satu unit laptop, harddisk, router, LCD, dan speaker.

Sekurangnya dari data Humas Kemendikbudristek 1,6 juta guru telah menggunakan Platform Merdeka Mengajar yang membuka akses pada pengembangan diri secara lebih mandiri dan sesuai kondisi.

Kemudian, terbentuknya lebih dari 3.500 komunitas belajar para guru, terkumpulnya lebih dari 55 ribu konten belajar mandiri. Ada lebih dari 92 ribu konten pembelajaran telah diunggah oleh guru yang bisa dijadikan referensi anak didik terhadap materi pengetahuan yang ingin dipelajarinya serta bisa menginspirasi sesama guru terkait.

Tetapi sebenarnya kemajuan penerapan teknologi di lingkungan pendidikan saat ini juga disebabkan keberuntungan tak sengaja pembelajaran Jarak Jauh selama masa pandemi mempercepat transformasi teknologi informasi di dunia pendidikan.

Pandemi Covid-19 telah menuntut banyak orang dan lembaga untuk melakukan banyak perubahan. Seperti satuan pendidikan yang kini mengubah teknik belajar siswa dan cara mengajar guru dari tatap muka menjadi daring (online).

Berdasarkan survei internal Zenius Education pada pelajar pengguna fitur Zenius Live Teaching, didapati sekitar 80.91 persen pengguna merasa fitur kelas online berhasil membantu mereka untuk memahami pelajaran.

Rangkaian data dan informasi kemajuan penerapan teknologi informatika di Tanah Air di atas itu tentu saja sangat menggembirakan. Itu berati dunia pendidikan Indonesia tak tertinggal dengan negara lain terutama kawasan ASEAN. Tetapi hanya mengandalkan penggunaan e-learning dalam transformasi pendidikan memiliki akan memiliki beberapa kelemahan.

Berdasar temuan University of Illinois dalam Illinois Online Network (2012), terdapat beberapa kekurangan e-learning yang dapat menjadi pertimbangan dan perlu diantisipasi dalam pengembangannya.

Kekurangan e-learning dibagi menjadi enam kategori utama, the technology, the facilitator, the administration and faculty, the student, the curriculum, dan the online environment.

Beberapa faktor yang menjadi kelemahan dari e-learning sendiri adalah teknologi, siswa, fasilitator, dan kurikulum yang tidak siap untuk mengadopsi sistem e-learning.

Untuk menutupi kelemahan e-learning maka tetap menjaga meningkatkan kualitas sistem belajar tatap muka di kelas. Karena tidak semua transformasi ilmu pengetahuan bisa ditransfer ke anak didik melalui e-learning terutama jika itu menyangkut keterampilan (skill) dan praktikum.

Sudah tepat komitmen Mendikbduristek bahwa transformasi teknologi yang dilakukan pemerintah tetap fokus pada peningkatan kualitas pembelajaran luring (offline).

*) M. AMINUDIN adalah Peneliti senior Institute for Strategic and Development Studies (ISDS), Pengurus Pusat Alumni Unair, Staf Ahli Pusat Pengkajian MPR RI tahun 2005, Staf Ahli DPR RI tahun 2008 dan Tim Ahli DPD RI tahun 2013.

Copyright © ANTARA 2022