New York (ANTARA) - Harga minyak jatuh lebih dari dua dolar AS dalam perdagangan bergejolak pada akhir transaksi Selasa (Rabu pagi WIB), tertekan meningkatnya kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar ketika wabah COVID-19 memburuk di importir minyak mentah utama China dan kegelisahan tentang hasil pemilihan paruh waktu AS.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari tergelincir 2,56 dolar AS atau 2,6 persen, menjadi menetap di 95,36 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Desember merosot 2,88 dolar AS atau 3,14 persen, menjadi ditutup di 88,91 dolar AS per barel.

"Pasar memasuki hari ini dengan tingkat skeptisisme tertentu seputar pemilihan ... Pasar menunggu untuk melihat apa hasilnya dari jenis situasi di sini," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka Mizuho di New York.

Saham-saham AS juga berputar-putar karena pelaku pasar menunggu untuk melihat apakah Capitol Hill akan mengalami pergeseran kekuatan.

Pada Senin (7/11/2022), kedua harga acuan mencapai level tertinggi sejak Agustus di tengah laporan bahwa para pemimpin di China sedang mempertimbangkan untuk keluar dari pembatasan ketat COVID-19 di negara itu.

Tetapi kasus-kasus baru telah melonjak di Guangzhou dan kota-kota China lainnya, meredupkan prospek pembatasan yang lebih sedikit.

"Meningkatnya kasus COVID di China ada di radar sebagian besar pedagang pagi ini, karena berita penguncian terus berlanjut," kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.

Pasokan bensin dan solar tetap rendah, ia menambahkan, membatasi penurunan harga minyak mentah karena sebagian besar Amerika Serikat bersiap menghadapi cuaca dingin utama.

Persediaan bahan bakar sulingan AS mengakhiri Oktober di level terendah untuk Oktober sejak 1951, menurut Badan Informasi Energi AS (EIA).

Bursa berjangka ICE, rumah bagi patokan Brent, telah menaikkan tingkat margin awal untuk minyak mentah berjangka Brent bulan depan sebesar 4,92 persen, membuat mempertahankan posisi berjangka lebih mahal dari penutupan bisnis pada Selasa (8/11/2022).

Pelaku pasar, khawatir inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga dapat memicu resesi global, juga akan memantau data harga konsumen AS pada Kamis (10/11/2022).

EIA pada Selasa (8/11/2022) memangkas prospek permintaan energi AS untuk 2023 dan memperkirakan produksi AS untuk tahun depan akan 21 persen lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya.

Produsen minyak Diamondback Energy juga memperingatkan bahwa industri minyak serpih AS akan terus berjuang untuk memperluas produksi pada kecepatan saat ini, dengan biaya sumur serpih baru kemungkinan meningkat.

Stok minyak mentah AS diperkirakan telah meningkat sekitar 1,1 juta barel pekan lalu, jajak pendapat awal Reuters menunjukkan pada Senin (7/11/2022).

Jajak pendapat itu dilakukan menjelang laporan dari American Petroleum Institute (API) yang akan dirilis pada Selasa (8/11/2022) pukul 21.30 GMT dan Badan Informasi Energi pada Rabu pukul 10.30 waktu setempat (15.30 GMT).

Larangan Uni Eropa terhadap minyak Rusia, yang diberlakukan sebagai pembalasan atas invasi Rusia ke Ukraina, akan dimulai pada 5 Desember dan akan diikuti dengan penghentian impor produk minyak pada Februari. Moskow menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus".


Baca juga: Minyak turun di Asia tertekan kekhawatiran permintaan China dan resesi
Baca juga: Minyak naik tipis, kekhawatiran pasokan imbangi kekhawatiran resesi
Baca juga: Harga minyak jatuh di tengah sinyal kebijakan COVID China yang beragam

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022