Dubai (ANTARA News) - Pemimpin Alqaida Osama bin Ladin menyeru penghina Nabi Muhammad dibunuh, meramaikan sengketa akibat suratkabar Denmark menerbitkan kartun melecehkan sosok suci umat Islam itu. "Klenik dan ateis, yang menghina agama dan merendahkan Tuhan dan Nabi-Nya, tidak akan berhenti membenci Islam, kecuali terbunuh," kata pegaris keras kelahiran Arab Saudi tersebut. Pernyataan itu merupakan bagian dari rekaman suara siaran stasiun televisi Aljazirah hari Minggu, yang kemudian melansir salinan lengkapnya dalam lokamayanya. Stasiun televisi satelit berpusat di Doha, Qatar, tersebut mengudarakan sebagian isi rekaman itu, tempat Osama menuding Barat melancarkan perang "Salib-Zionis" terhadap Islam, dengan merujuk pada pengucilan pemerintah Palestina pimpinan Hamas dan kemelut di wilayah Darfur di Sudan sebagai contoh. Kemarahan akibat kartun itu, yang pertama disiarkan koran Denmark "Jyllands-Posten" pada September 2005, melanda Muslim, yang menyatakan menggambar Nabi Muhammad adalah penghinaan. Karikatur itu, yang dicetak ulang di beberapa suratkabar negara Arab dan Eropa, memicu unjukrasa keras dengan korban lebih dari 50 orang tewas. Konsumen di negara Muslim juga memboikot barang buatan Denmark. Pemerintah Denmark menolak minta maaf atas kartun itu, dengan menyatakan tidak dapat meminta maaf atas nama media bebas dan merdeka serta kebebasan berbicara adalah suci. "Kengototan pemerintah Denmark tidak mau minta maaf dan penolakannya untuk menghukum penjahatnya serta bertindak untuk mencegah kejahatan itu terulang...menunjukkan bahwa gagasan kebebasan bicara tidak punya akar, terutama jika yang terkena adalah Muslim," kata Osama dalam rekaman tersebut. Mantan Presiden Iran Akbar Hashemi-Rafsanjani menyebut kartun menghina Nabi Muhammad itu "siasat tergalang terhadap Muslim untuk memaparkannya sebagai teroris". "Ini langkah paling kasar sejumlah suratkabar, karena menghina kesucian 1,6 miliar Muslim seluruh dunia," kata ulama moderat itu. Karikatur itu antara lain menggambarkan Nabi Muhammad memakai sorban berbentuk bom. Sejumlah negara Arab juga menarik dutabesarnya di Denmark sebagai protes atas penghinaan tersebut. Kecaman juga datang dari pihak bukan Muslim, termasuk dari Pemimpin Yahudi Jerman Paul Spiegel yang berkata, "Tidak semua yang secara sah dilindungi sebagai kebebasan berpendapat adalah benar secara moral dan etika."(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006