Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak dr. Herbowo Agung Sp.A mengatakan gula sebaiknya diberikan dalam porsi kecil pada bayi saat masa makanan pendamping ASI (MPASI) yaitu sekitar setengah sendok teh untuk mengantisipasi Gerakan Tutup Mulut (GTM) pada anak.

“Ikatan Dokter Anak Indonesia sendiri sebetulnya menyarankan gula itu diberikan dalam porsi yang sangat kecil dan biasanya untuk membantu anaknya yang suka GTM. Enam sampai delapan bulan sebetulnya diberikan sehari setengah sendok teh cukup banget,” ucapnya dalam diskusi mengenai konsumsi manis pada anak, yang diikuti di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan menurut anjuran dari IDAI, anak saat memasuki masa MPASI boleh diberikan tambahan gula dan garam untuk memberi rasa tambahan pada makanannya. Namun, disarankan untuk tidak lebih dari setengah sampai satu sendok teh untuk usia enam sampai delapan bulan.

Bentuk konsumsi gula yang bisa diberikan pada bayi enam bulan ke atas bisa berupa buah yang manis dan sesuai kebutuhan.

Baca juga: MPASI bantu anak kenali bentuk dan rasa makanan

Baca juga: Serba-serbi memberi MPASI


“Pada dasarnya karena kita butuh gula, kita bisa kasih gula dari umur enam bulan dalam bentuk buah, itu juga ngasih gula tapi dalam porsi yang sehat dan baik,” ucapnya.

Herbowo mengatakan gula sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk membantu kerja sel terutama otak. Namun, dalam konsumsi yang sewajarnya dan memilih gula dari sumber alami.

“Kalau memakai gula tambahan yang berlebihan akan membuat risiko yang paling sering terjadi adalah kerusakan gigi atau geripis dan tipis,” ucap Herbowo.

Selain itu, kata Herbowo, gula diperlukan tubuh sebagai energi dan kerja sel. Gula yang dipecah dalam tubuh, selanjutnya jika gula sudah habis dipecah maka tubuh akan memecah lemak dan protein. Namun, jika terdapat timbunan gula berlebih dalam tubuh, lemak dan protein tidak bisa dipecah secara bergiliran dan akhirnya timbul penyakit seperti jantung dan kolesterol.

“Kalau gula bertumpuk, lemaknya enggak pernah dipecah akhirnya masalah penyakit jantung karena penumpukan lemak di jantung, kolesterol yang tinggi,” ucapnya.

Gula yang tidak dipecah juga akan menimbun lemak pada tubuh yang bisa mengakibatkan darah tinggi dan perlemakan pada organ hati sehingga menimbulkan obesitas.

Menurut penelitian yang dijelaskan Herbowo bahwa obesitas berhubungan erat dengan diabetes karena gula yang berlebih dalam tubuh menyebabkan cadangan energi lain tidak dipakai.

“Jadi energinya harus dipakai. Olahraga dan aktivitas sehari-hari sangat membantu sekali untuk memecah gula sehingga enggak terlalu bertumpuk,” katanya.*

Baca juga: Manfaat makanan pendamping ASI organik untuk anak

Baca juga: Yang harus diperhatikan saat berikan anak MPASI


Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022