Beijing (ANTARA) - Pejabat Thailand menyebut China menjadi contoh pembangunan berkelanjutan untuk kawasan Asia-Pasifik

"Sebagai contoh, China memimpin pasar kendaraan listrik di kawasan ini, yang menunjukkan pernyataan kuat dari keseriusan negara itu dalam mengurangi emisi karbon dioksida," tutur Cherdchai Chaivaivid, direktur jenderal Departemen Urusan Ekonomi Internasional di Kementerian Luar Negeri Thailand, kepada Xinhua dalam sebuah wawancara.

Hal itu membuat Thailand sangat bersemangat untuk bekerja sama dengan China di tahun-tahun mendatang, kata Cherdchai.

Dilansir Xinhua, Kamis, pertemuan Pemimpin Ekonomi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation/APEC) ke-29 akan segera diadakan di Bangkok, ibu kota Thailand, dengan mengusung tema "Terbuka, Terhubung, dan Seimbang" (Open, Connect, and Balance), serta berfokus pada pemulihan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik dan sekitarnya.

Ini adalah tema tentang integrasi ekonomi jenis baru yang berkelanjutan dan inklusif serta mendukung pemulihan dan pertumbuhan Asia Pasifik, sebut Cherdchai.

Partisipasi dalam berbagai pertemuan terkait APEC selama bertahun-tahun membuat Cherdchai memiliki pemahaman mendalam tentang peran penting China dalam mekanisme kerja sama tersebut. Menurut Cherdchai, dengan ukuran ekonominya, China memainkan peran sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi kawasan Asia-Pasifik dan kemajuan integrasi ekonomi regional.

Menyebut APEC China 2014 sebagai titik balik yang baik, Cherdchai mengatakan APEC telah mulai lebih banyak membahas tentang ekonomi hijau dan ekonomi sirkular sejak pertemuan tersebut. Sementara itu, sebagai tuan rumah pertemuan APEC tahun ini, Thailand juga menetapkan ekonomi bio-circular-green (BCG) sebagai salah satu prioritasnya.

Pandemi COVID-19 telah mendorong perekonomian-perekonomian untuk menyadari bahwa mengupayakan perdagangan dan memaksimalkan keuntungan mungkin bukan satu-satunya jawaban untuk mengembangkan kawasan ini, tuturnya, seraya menyebutkan signifikansi untuk mewujudkan hubungan yang lebih seimbang antara manusia dan alam, serta antara bisnis dan lingkungan.

Cherdchai percaya bahwa dengan hubungan yang telah lama terjalin antara China dan Thailand, terdapat banyak ruang bagi kedua negara untuk bekerja sama.

Kerja sama yang telah dilakukan oleh kedua negara terkait kerja sama subkawasan, seperti Kerja Sama Lancang-Mekong, Program Kerja Sama Ekonomi Subkawasan Mekong Raya, dan APEC, menjadi bukti yang tidak hanya memperlihatkan kerja sama yang erat antara kedua negara, tetapi juga dampak bahwa hubungan yang baik antara China dan Thailand mampu menciptakan perbedaan di kawasan ini, ujar Cherdchai.

Cherdchai mengatakan kemajuan telah tercapai dalam hal konektivitas regional, yang dapat dilihat dari kemajuan yang dicapai dalam menghubungkan sistem perkeretaapian antara Laos dan China bagian selatan.

"Dari pihak Thailand, kami berupaya memastikan bahwa tidak akan ada mata rantai yang hilang antara China dan bagian selatan subkawasan Mekong, yaitu Thailand selatan, Malaysia, dan Singapura,” kata Cherdchai.

Cherdchai mengatakan bawah dirinya menantikan kerja sama yang erat antara China, Thailand, dan perekonomian lain di sekitar kawasan tersebut guna memastikan bisnis dapat lebih bertanggung jawab, lebih hijau, dan lebih inklusif untuk menghasilkan kekayaan, kemakmuran, dan pembangunan yang dapat dinikmati juga oleh penduduk setempat.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2022