Surabaya (ANTARA) - Sebuah bangunan rumah di Jalan Nginden Semolo Nomor 23 Kota Surabaya, Jawa Timur, setiap harinya tampak tak pernah sepi dari keberadaan anak-anak penyandang disabilitas.

Rumah yang dikenal dengan sebutan Rumah Anak Prestasi itu merupakan bentuk representasi kasih sayang Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya kepada anak-anak disabilitas di Kota Pahlawan. Rumah Anak Prestasi menjadi tempat atau wadah kreativitas dan kemandirian bagi anak-anak disabilitas.

Setelah diresmikan pada September 2022, Rumah Anak Prestasi ramai didatangi anak-anak disabilitas beserta orang tuanya silih berganti. Kehadiran mereka untuk mengembangkan bakat dan kreativitas sekaligus ingin mendapatkan layanan terapi.

Selain  untuk mengembangkan bakat dan keterampilan, Rumah Anak Prestasi ditujukan pula sebagai ruang atau wadah untuk berkumpulnya anak-anak disabilitas di Surabaya. Dengan bertemu teman-temannya, mereka memiliki keyakinan dan kemandirian saat menginjak usia dewasa.

Rumah Anak Prestasi telah dilengkapi dengan sejumlah ruang atau fasilitas bagi anak-anak istimewa mulai dari ruang terapi wicara, ruang pembelajaran, ruang musik, ruang batik, ruang physiotherapy hingga ruang fefleksi. Ada pula mushalla yang dapat digunakan anak-anak untuk mengaji.

Agar pelatihan di Rumah Anak Prestasi lebih efektif dan tidak menunggu lama, Dinas Sosial (Dinsos) Surabaya telah menyediakan pendaftaran secara daring. Calon peserta dapat melakukan pendaftaran melalui laman https://dinassosial.surabaya.go.id. Kemudian memilih menu informasi dan selanjutnya pilih Rumah Anak Prestasi untuk mengisi form pendaftaran.

Kepala Dinsos Surabaya Anna Fajriatin mencatat, ada sejumlah jenis pelatihan dan pelayanan di Rumah Anak Prestasi yang paling diminati oleh anak-anak istimewa, di antaranya lukis, shibori, musik dan physiotherapy. Sejumlah pelatihan itu jika didapatkan melalui les privat atau mendatangkan pelatih tentu biayanya cukup mahal.

Sedangkan yang paling diminati saat ini adalah seni lukis dan membuat shibori atau teknik pewarnaan kain, termasuk dengan physiotherapy dan dongeng yang menggunakan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo).

Daftar anak yang telah mengikuti pelatihan atau konsultasi dan pelayanan di Rumah Anak Prestasi untuk jenis pelatihan lukis (lukis, batik dan sablon) sebanyak 115 anak, pelatihan keterampilan (menjahit dan handycraft) sebanyak 101 anak.

Selanjutnya untuk musik dan modeling telah diikuti 43 anak, belajar mengaji sebanyak 45 anak, dongeng bahasa isyarat sebanyak 59 anak. Sementara untuk konsultasi dan pelayanan (dokter spesialis anak, fisioterapi dan akupuntur) sebanyak 19 anak.
 
Salah seorang anak disabilitas diajari menjahit di Rumah Anak Prestasi di Jalan Nginden Semolo Nomor 23 Kota Pahlawan, Jatim, Rabu (7/9/2022). (ANTARA/HO-Diskominfo Surabaya)


Dari anak disabilitas

Rumah Anak Prestasi telah menjadi ruang kreativitas kemandirian bagi anak-anak disabilitas. Bahkan, beberapa pendamping di Rumah Anak Prestasi juga berasal dari anak disabilitas.

Dengan adanya Rumah Anak Prestasi, anak-anak penyandang disablitas diharapkan memiliki kesempatan yang sama dengan anak-anak lainnya. Bagi Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, setiap anak disabilitas memiliki kelebihan dan keistimewaan.

Karena itu, pemkot menyediakan Rumah Anak Prestasi sebagai wadah sekaligus fasilitas bagi mereka untuk mengembangkan bakat dan keterampilan. Seluruh anak istimewa di Kota Surabaya dapat memanfaatkan fasilitas dan ruang yang tersedia di Rumah Anak Prestasi secara gratis dan tidak dipungut biaya.

Keberadaan Rumah Anak Prestasi tentu belum sepenuhnya sempurna sebagai ruang kreativitas kemandirian anak disabilitas di Surabaya. Oleh karena itu, Cak Eri--panggilan lekat Eri Cahyadi--memastikan akan terus menyempurnakan kehadiran Rumah Anak Prestasi dengan menggandeng berbagai elemen dan komunitas di Surabaya.

Tdak hanya Dinsos Surabaya saja yang berkecimpung dalam Rumah Anak Pintar, melainkan juga Perangkat Daerah (PD) lainnya di lingkup Pemkot Surabaya mulai dari Dinas Kesehatan (Dinkes) untuk screening disabilitas, Dinas Pendidikan (Dispendik) hingga Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Surabaya untuk psikologinya.

Salah seorang disabilitas di Surabaya, Cinta Apsari mengaku bersyukur dan senang atas solusi yang diberikan Wali Kota Eri Cahyadi. Cinta berterima kasih lantaran ditempatkan di Rumah Anak Prestasi untuk menjadi pengajar.

Cinta Apsari berharap ada banyak kesempatan bekerja bagi para disabilitas lainnya di Surabaya lainnya.


Kelas mendongeng

Kelas Mendongeng untuk terapi wicara di Rumah Anak Prestasi menyasar anak-anak tuna wicara yang kesulitan mendapatkan akses untuk berbahasa. Sebab, mereka memiliki kesulitan untuk menggunakan bahasa isyarat.

Tidak hanya itu, tuna wicara juga kesulitan untuk belajar bahasa isyarat. Kalau di Sekolah Luar Biasa (SLB) mereka belajar Sibi (menggunakan tangan untuk mengisyaratkan abjad dan angka), kalau sehari-hari menggunakan Bisindo (membutuhkan dua tangan). Sedangkan kalau di sekolah inklusi kebanyakan mereka tidak bisa keduanya.

Oleh karena itu, Mentor Kelas Mendongeng untuk Terapi Wicara, Inge Ariani Safitri bersama teman-teman tuna wicara di Kota Surabaya membuat Bisindo untuk anak-anak yang belum bisa menggunakan bahasa isyarat. Kemudian, Inge bersama yang lainnya juga menyasar peningkatan literasi dengan belajar mendongeng menggunakan bahasa isyarat.

Maka dibuatlah dua kelas untuk teman tuli dan kelas mendongeng dengan bahasa isyarat untuk teman tuli juga. Ini adalah terapi untuk membuat mereka lebih percaya diri, karena hambatan mereka adalah berkomunikasi.

Harapannya, dengan adanya Kelas Mendongeng untuk Terapi Wicara ini bisa menambah kepercayaan diri anak-anak disabilitas untuk berkomunikasi dengan masyarakat umum. Dengan tampil mendongeng ini, diharapkan mereka bisa lebih percaya diri dan lebih yakin, bahwa orang-orang bisa mengerti dan paham dengan apa yang ingin disampaikan.

Kota Layak Anak Dunia

Kota Surabaya meraih penghargaan Kota Layak Anak (KLA) lima kali beruntun untuk kategori utama dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) yang diberikan pada Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) di Jakarta pada 22 Juli 2022.

Setelah melalui berbagai survei dan penilaian, Kota Surabaya mendapat nilai tertinggi dari kota/kabupaten lain yakni dengan poin 912.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi saat menerima penghargaan Kota Layak Anak (KLA) kategori utama dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI pada Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2022 di Jakarta, Jumat (22/7/2022) malam. (ANTARA/HO-Diskominfo Surabaya)


Namun, bagi Cak Eri, penghargaan KLA itu tidak ada artinya ketika Surabaya tanpa adanya dukungan dari pemangku kepentingan.

Untuk itu, Pemkot Surabaya berkolaborasi dengan perguruan tinggi menyediakan tempat layanan pendampingan dan belajar untuk anak dan perempuan di setiap balai RW. Dengan adanya tempat layanan tersebut di setiap balai RW, maka anak akan merasa nyaman.

Seperti halnya di Kecamatan Bubutan yang menyediakan permainan tradisional, pelajaran dan kegiatan seni yang digelar setiap hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Tentunya hal itu akan membuat anak dan orang tuanya mengawasi dan berjualan di sana menjadi semakin nyaman.

Tidak puas sampai di situ, Pemkot Surabaya juga berupaya menjadikan Surabaya naik level menjadi kota layak anak dunia.

Menurut Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Surabaya, Tomi Ardiyanto, perlu adanya dukungan dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (Unicef) untuk meraih predikat sebagai kota layak anak dunia.

Sementara itu, Perwakilan Unicef, Kurniasih Zulhadji,  saat mengecek fasilitas pendukung kota layak anak di Surabaya pada awal November 2022, mendukung upaya Pemkot Surabaya untuk mewujudkan kota layak anak dunia.

Kurniasih menjelaskan, inisiatif kota ramah anak (Child Friendly Cities Initiative/CPCI) tahapan penilaiannya hampir sama dengan tahapan penilaian kota layak anak. Namun, CFCI lebih fokus pada proses dan setiap tahapan prosesnya harus melibatkan anak.

Unicef sedang dalam proses mendatangkan tenaga ahli untuk membantu Pemkot Surabaya menerapkan CPCI.

Meski demikian, Wakil Ketua Komisi D Bidang Pendidikan Sosial DPRD Surabaya Ajeng Wira Wati berpandangan bahwa pemerataan fasilitas kota layak anak di wilayah Kota Surabaya penting ditingkatkan.

Dia juga mendesak, pemkot segera mengoptimalkan tingkat keterjangkauan fasilitas anak seperti disabilitas dan anak berkebutuhan khusus (ABK). Selain itu, pemkot juga diimbau meningkatkan pelayanan disabilitas anak, sekaligus menekankan Rumah Anak Prestasi terapi kesehatan lebih diperbanyak.

Tidak hanya itu, pemkot juga harus memastikan intervensi untuk memprioritaskan bagi keluarga yang punya anak disabilitas, pada kondisi ekonomi rentan, agar lebih terdata, dan terintegrasi dalam pemberian intervensi tersebut.

Masih cukup banyak warga golongan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang mempunyai anak ABK dan disabilitas. Namun, mereka belum tersentuh bantuan beasiswa pendidikan. Untuk itu, perlu ada program khusus bantuan biaya pendidikan disabilitas. Semoga persoalan disabilitas mendapatkan penanganan lebih serius dan cakupan lebih luas lagi di Surabaya.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022