Jakarta (ANTARA) - Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI) yang diusulkan China memberikan kontribusi sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi Kamboja, demikian disampaikan Penasihat Senior Pemerintah Kamboja Sok Siphana pada Rabu (23/11).

Berbicara pada Forum Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan China-Kamboja kedua melalui tautan video, Siphana mengatakan bahwa Kamboja membangun sinergi yang baik dengan BRI.

Inisiatif itu sudah banyak membantu mengembangkan banyak proyek infrastruktur di negara Asia Tenggara itu seperti Jalan Tol Phnom Penh-Sihanoukville, Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara Sihanoukville, dan Bandar Udara Internasional Angkor Siem Reap.

"Dalam hal memperkuat rantai industri dan pasokan antara kedua negara, Zona Ekonomi Khusus Sihanoukville (Sihanoukville Special Economic Zone/SSEZ) yang multiguna tentu akan memperdalam kerja sama kami dalam kapasitas produksi dan membantu mempercepat pengembangan bauran industri modern Kamboja," tambahnya.

Siphana, yang juga menjabat sebagai ketua dewan direktur wadah pemikir (think tank) independen Asian Vision Institute yang berbasis di Phnom Penh, mengatakan bahwa Kamboja dan China menjalin ikatan yang sangat kuat selama masa-masa suka maupun duka dalam beberapa dekade terakhir.
 
   "Tiga tahun terakhir sejak pandemi COVID-19 tentu saja merupakan momen ujian yang sebenarnya dari hubungan kita," ungkapnya. "Ke depannya, saya percaya bahwa kerja sama kita akan terus berkembang dan menghasilkan manfaat lebih nyata dalam hal perdamaian, stabilitas, serta kemakmuran yang lebih tahan lama bagi kedua negara dan kawasan secara umum." 


"Ke depannya, saya percaya bahwa kerja sama kita akan terus berkembang dan menghasilkan manfaat lebih nyata dalam hal perdamaian, stabilitas, serta kemakmuran yang lebih tahan lama bagi kedua negara dan kawasan secara umum," katanya.

Berbicara tentang pakta perdagangan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) dan Perjanjian Perdagangan Bebas Kamboja-China (Cambodia-China Free Trade Agreement/CCFTA), yang keduanya mulai berlaku awal tahun ini, Siphana mengatakan dua kesepakatan perdagangan bebas tersebut akan menyuntikkan dorongan baru bagi pertumbuhan ekonomi Kamboja dalam jangka panjang.

"Kamboja bermaksud untuk memanfaatkan sepenuhnya mekanisme CCFTA ini dalam kombinasi dengan berlakunya perjanjian RCEP baru-baru ini guna mempromosikan perdagangan tambahan untuk produk dan komoditas pertanian kami," katanya.
 
   "Saya harus katakan bahwa peluang bisnis tidaklah terbatas, asalkan perusahaan Kamboja dapat mengambil keuntungan dari banyak mekanisme ekspor China seperti Pameran Impor Internasional China (China International Import Expo/CIIE), Pameran Impor dan Ekspor China (China Import and Export Fair), serta ASEAN-China Expo, juga masih banyak lainnya." tambahnya


 "Saya harus katakan bahwa peluang bisnis tidaklah terbatas, asalkan perusahaan Kamboja dapat mengambil keuntungan dari banyak mekanisme ekspor China seperti Pameran Impor Internasional China (China International Import Expo/CIIE), Pameran Impor dan Ekspor China (China Import and Export Fair), serta ASEAN-China Expo, juga masih banyak lainnya." tambahnya

Sementara itu, penasihat senior tersebut mengatakan Kamboja sangat mendukung dua inisiatif penting China, yaitu Inisiatif Pembangunan Global (Global Development Initiative/GDI) dan Inisiatif Keamanan Global (Global Security Initiative/GSI).

"Kamboja berharap dapat memanfaatkan sumber daya yang baru dialokasikan China untuk kerja sama pembangunan global, dan pada saat dibutuhkan, semua bantuan yang diperoleh dapat mengatasi berbagai isu global mendesak ini, seperti respons dan vaksin COVID-19, pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan, perubahan iklim, dan pembangunan hijau," kata Siphana, menambahkan bahwa mereka yakin dua inisiatif tersebut akan mendapatkan dukungan besar dari dunia seperti halnya BRI.


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022