Washington (ANTARA) - Perekonomian AS tumbuh lebih cepat pada kuartal ketiga dari perkiraan awal, tetapi negara itu masih menghadapi kemungkinan penurunan tahun depan.

Produk domestik bruto (PDB) - nilai total semua barang dan jasa AS - naik pada tingkat tahunan 2,9 persen, menurut perkiraan kedua yang dirilis pada Rabu (30/11/2022).

Angka itu direvisi naik dari kenaikan 2,6 persen yang telah dilaporkan bulan lalu. Revisi mencerminkan peningkatan belanja bisnis dan konsumen serta pengurangan impor.

Pada saat yang sama, ekonomi menghadapi kemungkinan resesi di paruh pertama tahun depan, karena Federal Reserve AS terlibat dalam siklus kenaikan suku bunga paling intens dalam empat dekade, dalam upaya untuk meredam inflasi terburuk sejak 1980-an.

Pengeluaran yang boros dari pemerintah saat ini adalah penyebab inflasi yang merajalela, menurut para ekonom.

Sejumlah tanda menandakan kemungkinan penurunan tahun depan. Pasar perumahan menurun, karena kenaikan suku bunga telah diterjemahkan ke suku bunga hipotek (KPR) tertinggi dalam 20 tahun, sehingga mempersulit pembeli potensial untuk membeli rumah.

Suku bunga hipotek tetap 30 tahun melewati angka 7,0 persen pada Oktober untuk pertama kalinya dalam dua dekade, menurut data dari Freddie Mac, yang membiayai kredit pemilikan rumah.

Suku bunga tersebut lebih dari dua kali lipat rata-rata 3,10 persen pada waktu yang sama tahun lalu. Apalagi, investasi residensial mengalami penurunan selama enam kuartal berturut-turut.

Namun, satu sisi positif untuk ramalan yang suram adalah bahwa setiap resesi diperkirakan akan berlangsung singkat. Itu karena rekor kekuatan di pasar tenaga kerja AS, kata para ekonom.

Baca juga: Lembaga Riset PIIE proyeksikan AS masuki resesi ringan pada 2023

Baca juga: PDB Amerika Serikat kuartal ke-2 direvisi menjadi kontraksi 0,6 persen

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022