Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis penyakit dalam DR dr Evy Yunihastuti, Sp.PD mengatakan bahwa orang dengan HIV (ODHIV) diperbolehkan untuk melakukan vaksinasi COVID-19 guna mencegah risiko gejala berat yang mungkin muncul saat terinfeksi virus SARS-CoV-2.

“Semua ODHIV sebetulnya boleh saja divaksin. Kalau dari penelitian kami (pasien ODHIV) yang mengakses vaksin COVID-19 (dosis) satu dan dua cukup banyak. Nah, booster ini kayaknya sama juga,” kata Evy yang juga merupakan Ketua II Perhimpunan Dokter Peduli AIDS Indonesia (PDPAI) dalam bincang melalui Instagram diikuti secara virtual di Jakarta, Kamis.

Baca juga: IPPI: Kemenkes harus menilik lebih dalam rendahnya pengobatan ODHIV

Evy mengatakan saat ini ODHIV dengan Cluster of Differentiation 4 (CD4) kurang dari 200 pun sudah diperbolehkan untuk melakukan vaksinasi COVID-19. Tak hanya soal vaksin COVID-19, secara umum Evy juga merekomendasikan ODHIV untuk melakukan vaksinasi lainnya seperti vaksin flu, vaksin pneumonia, dan vaksin HPV.

“Sebetulnya pada HIV itu tidak cuma vaksin COVID-19 saja yang direkomendasikan. Vaksin flu, vaksin pneumonia, vaksin HPV, itu kami sangat merekomendasikan,” kata dia.

Dia mengingatkan bahwa ODHIV memiliki risiko gejala berat bahkan menimbulkan kematian ketika terinfeksi COVID-19 jika ODHIV dalam kondisi kekebalan tubuhnya rendah, tidak dalam terapi antiretroviral (ARV) atau tidak teratur minum ARV, memiliki penyakit komorbid, serta menderita infeksi oportunistik.

Baca juga: Dinkes Denpasar: Stigma bagi ODHIV bisa berdampak putus pengobatan ARV

Dia juga menjelaskan ketika ODHIV sedang tidak minum ARV atau tidak teratur minum ARV, maka otomatis virus yang terkandung di dalam tubuhnya banyak sehingga lebih berisiko mengalami COVID-19 dengan gejala yang berat.

“Kalau misalnya orang dengan HIV dengan komorbid, CD4-nya rendah, kemudian minum ARV tidak teratur atau belum ARV dan ada infeksi oportunistik, kalau ada tiga dari empat tersebut berarti 50 persen dia kemungkinan akan berat (gejalanya). Jadi sebaiknya dirawat walaupun awalnya COVID-nya ringan,” kata Evy.

Baca juga: Pasien HIV/AIDS berisiko terkena TB

Meski begitu, berdasarkan pengalamannya berpraktik di RSCM, Evy mengatakan sejauh ini tingkat kematian ODHIV yang terinfeksi COVID-19 tidak terlalu tinggi. Gejala yang ditemukan juga mayoritas masih ringan walaupun saat ini sulit terdeteksi mengingat tingkat skrining COVID-19 di masyarakat yang sudah mulai menurun.

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022