New York (ANTARA) - Wall Street lebih rendah pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena investor ketakutan oleh data sektor jasa-jasa yang lebih baik dari perkiraan mengevaluasi kembali apakah Federal Reserve (Fed) dapat menaikkan suku bunga lebih lama, sementara saham Tesla meluncur karena laporan pengurangan produksi di China.

Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 482,78 poin atau 1,40 persen, menjadi menetap di 33.947,10 poin. Indeks S&P 500 merosot 72,86 poin atau 1,79 persen, menjadi berakhir di 3.998,84 poin. Indeks Komposit Nasdaq terpangkas 221,56 poin atau 1,93 persen, menjadi ditutup pada 11.239,94 dolar AS.

Pembuat kendaraan listrik Tesla merosot 6,4 persen di tengah rencana untuk memangkas produksi Model Y Desember di pabrik Shanghai lebih dari 20 persen dari bulan sebelumnya.

Ini membebani Nasdaq, di mana Tesla adalah salah satu pelemahan terbesar, menarik indeks berat teknologi ke penurunan kedua berturut-turut.

Secara umum indeks menderita karena data menunjukkan aktivitas industri jasa-jasa AS secara tak terduga meningkat pada November, dengan ketenagakerjaan pulih kembali, menawarkan lebih banyak bukti tentang momentum yang mendasari ekonomi.

Data tersebut muncul setelah survei pekan lalu yang menunjukkan pekerjaan dan pertumbuhan upah yang lebih kuat dari perkiraan pada November, menentang harapan bahwa Fed mungkin memperlambat kecepatan dan intensitas kenaikan suku bunga di tengah tanda-tanda inflasi yang surut baru-baru ini.

Baca juga: Harga minyak jatuh di atas 3 persen, ikuti pasar saham AS yang rendah

"Hari ini adalah sedikit tanggapan untuk Jumat (2/12/2022), karena laporan pekerjaan itu, yang menunjukkan ekonomi tidak banyak melambat, bertentangan dengan pesan yang disampaikan (Ketua Jerome) Powell pada Rabu sore (30/11/2022)," kata CEO dari Drury Capital, Bernard Drury, merujuk komentar yang dibuat oleh Ketua Federal Reserve yang mengatakan sudah waktunya untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga yang akan datang.

"Kami kembali ke mode melawan inflasi," tambah Drury.

Investor melihat peluang 89 persen bahwa bank sentral AS akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin minggu depan menjadi 4,25 persen-4,50 persen, dengan suku bunga memuncak di 4,984 persen pada Mei 2023.

Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan menetapkan suku bunga pada 13-14 Desember, pertemuan terakhir di tahun yang bergejolak, yang melihat upaya bank sentral untuk menahan kenaikan inflasi multi-dekade dengan rekor kenaikan suku bunga.

Pengetatan kebijakan yang agresif juga telah memicu kekhawatiran penurunan ekonomi, dengan JPMorgan, Citigroup dan BlackRock di antara mereka yang meyakini kemungkinan resesi pada 2023.

Baca juga: Dolar menguat, dipicu ekspektasi pengetatan kebijakan Fed lebih lanjut

Dalam data ekonomi lainnya minggu ini, investor juga akan memantau klaim pengangguran mingguan, harga produsen, dan survei sentimen konsumen Universitas Michigan untuk petunjuk lebih lanjut tentang kesehatan ekonomi AS.

Energi adalah salah satu pecundang sektor S&P terbesar, turun 2,9 persen. Itu dibebani oleh gas alam berjangka AS yang merosot lebih dari 10 persen pada Senin (5/12/2022), ketika prospek meredup karena perkiraan cuaca yang lebih ringan dan penundaan dimulainya kembali pabrik ekspor gas alam cair (LNG) Freeport.

EQT Corp, salah satu produsen gas alam AS terbesar, mengalami penurunan paling tajam pada indeks energi, ditutup 7,2 persen lebih rendah.

Keuangan juga terpukul keras, tergelincir 2,5 persen. Meskipun keuntungan bank biasanya didorong oleh kenaikan suku bunga, mereka juga sensitif terhadap kekhawatiran tentang kredit macet atau pertumbuhan kredit yang melambat di tengah penurunan ekonomi.

Sementara itu pembuat pakaian VF Corp jatuh 11,2 persen - penurunan satu hari terbesar sejak Maret 2020 - setelah mengumumkan pensiun mendadak CEO Steve Rendle. Perusahaan, yang memiliki nama-nama termasuk merek pakaian outdoor The North Face dan pembuat sepatu Vans, juga memangkas perkiraan penjualan dan laba setahun penuh, menyalahkan permintaan konsumen yang lebih lemah dari yang diantisipasi.

Volume perdagangan di bursa AS mencapai 10,78 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 11,04 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.

Baca juga: Saham Jerman setop kenaikan beruntun, Indeks DAX 40 turun 0,56 persen
Baca juga: Saham Inggris finis di zona hijau, Indeks FTSE 100 naik 0,15 persen



 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022