Ini 29 persen lebih buruk daripada kalau temperatur itu hanya mencapai 1,5 derajat
Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan kenaikan suhu atau temperatur global mencapai 2 derajat Celcius dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang hingga 99 persen.

"Ini 29 persen lebih buruk daripada kalau temperatur itu hanya mencapai 1,5 derajat," ujarnya di Jakarta, Selasa.

Fabby menuturkan bila suhu bumi terus naik maka daerah yang menggantungkan pendapatannya dari turis yang berwisata snorkeling serta diving bisa mengalami nasib buruk karena terumbu karang yang mereka miliki rusak akibat kenaikan temperatur global tersebut.

Ia mencontohkan negara-negara seperti Mesir dan Indonesia yang punya destinasi terumbu karang dapat kehilangan sumber penghasilan akibat kondisi tersebut.

Baca juga: IESR: Pemberdayaan energi terbarukan Persetujuan Paris dapat dilakukan

Baca juga: IESR desak negara G20 prioritaskan energi surya capai NZE


"Ketika temperatur global naik, kita akan kehilangan sumber pendapatan yang sangat signifikan," kata Fabby.

Lebih lanjut ia menyampaikan sempat membaca tentang Piala Dunia Qatar 2022 mengenai sebuah studi yang menunjukkan bahwa orang-orang yang bekerja di lingkungan temperatur tinggi punya kecenderungan mengalami gagal ginjal.

Menurutnya, studi itu tidak hanya meneliti para pekerja migran di Timur Tengah tetapi juga orang-orang yang bekerja di perkebunan tebu di Brasil.

"Jadi cuaca ekstrem, cuaca panas khususnya itu membuat kita berisiko secara kesehatan. Inilah kenapa ketika kita berbicara membatasi kenaikan temperatur global di bawah 2 derajat, bahkan mencapai 1,5 derajat itu bukan hanya sekedar angka, tapi punya dampak luar biasa terhadap ekonomi kita, terhadap kehidupan kita, terhadap kesehatan kita, dan lain-lain," terang Fabby.

Baca juga: PLN-Komunitas Selam kolaborasi transplantasi terumbu karang di Sulut

Baca juga: IPB: Wisata selam Indonesia terhalang kerusakan ekosistem

Baca juga: Pemprov Gorontalo-LSM kerja sama lestarikan mangrove-terumbu karang

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022