Singapura (ANTARA) - Pasar saham Asia tergelincir pada perdagangan Rabu, karena kekhawatiran pertumbuhan ekonomi yang semakin dalam di Amerika Serikat, membatasi antusiasme investor tentang perubahan besar China dalam kebijakan nol-COVID yang keras.

Peringatan dari bank-bank besar AS tentang kemungkinan resesi tahun depan mendorong S&P 500 lebih rendah untuk sesi keempat berturut-turut pada Selasa (6/12/2022) dan mengerem reli yang telah berlangsung hampir dua bulan.

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang merosot 0,2 persen dan indeks Nikkei Jepang berakhir turun 0,72 persen. Indeks S&P/ASX 200 Australia ditutup jatuh 0,85 persen dan indeks KOSPI Korea Selatan berakhir melemah 0,43 persen.

Indeks Komposit Shanghai berakhir turun 0,40 persen, indeks saham unggulan China CSI 300 merosot 0,25 persen, dan indeks Hang Seng Hong Kong ditutup anjlok 3,22 persen, serta yuan secara luas stabil, melepaskan kenaikan awal.

"Beberapa optimisme yang mendorong reli sedang diuji," kata Shane Oliver, kepala strategi investasi di AMP Australia.

"Kita mungkin sedang beralih dari situasi mengkhawatirkan tentang inflasi dan suku bunga, ke situasi di mana hal negatif menjadi pelemahan pertumbuhan dan penurunan laba."

Kontrak berjangka S&P 500 datar pada sore hari di Asia, sementara kontrak berjangka Eropa naik 0,1 persen.

Otoritas kesehatan nasional China mengatakan pada Rabu bahwa kasus COVID-19 tanpa gejala dan mereka yang memiliki gejala ringan dapat melakukan pengobatan sendiri saat berada di karantina di rumah.

Sementara beberapa perubahan yang diumumkan menggemakan langkah pelonggaran serupa yang dilakukan oleh negara lain beberapa bulan lalu, pengumuman itu adalah tanda terkuat sejauh ini bahwa China sedang mempersiapkan rakyatnya untuk hidup bersama penyakit ini setelah hampir tiga tahun pembatasan yang melumpuhkan ekonomi.

Namun, reaksi pasar diredam karena fokus bergeser ke seberapa baik China dapat melaksanakan perubahan kebijakannya, terutama jika kasus COVID baru melonjak selama musim dingin. Analis mengatakan jalan untuk membuka kembali ekonomi sepenuhnya akan panjang dan bergelombang, dan bukannya tanpa risiko.

"Kenyataan di lapangan masih merupakan salah satu tekanan yang terus berlanjut, meskipun prospeknya agak membaik," kata Mitul Kotecha, kepala strategi pasar negara berkembang di TD Securities di Singapura.

Menambah prospek permintaan yang semakin gelap secara global, China pada hari sebelumnya melaporkan data perdagangan yang suram untuk November, dengan impor dan ekspor mengalami penurunan bulanan terbesar sejak 2020 - memperburuk prospek pemulihan.

India pada Rabu adalah bank sentral terbaru yang mulai memperlambat laju kenaikan suku bunga, dengan kenaikan suku bunga pinjaman utama sebesar 35 basis poin menjadi 6,25 persen, lebih kecil dari tiga kenaikan 50 basis poin yang disampaikan sebelumnya. Bank sentral Kanada berikutnya dengan keputusan suku bunga diharapkan pukul 15.00 GMT.

Di Amerika Serikat, bank-bank besar bersiap untuk ekonomi yang memburuk tahun depan karena inflasi dan kenaikan suku bunga mengancam permintaan konsumen, dengan para eksekutif puncak di Goldman Sachs, J.P. Morgan dan Bank of America semuanya terdengar suram dalam sambutannya pada Selasa (6/12/2022).

"Pertumbuhan ekonomi melambat," kata CEO Goldman Sachs David Solomon. "Ketika saya berbicara dengan klien kami, mereka terdengar sangat berhati-hati."

Kekhawatiran pertumbuhan mendorong obligasi bertenor lebih panjang dan membantu safe-haven dolar AS untuk menghentikan penurunannya baru-baru ini.

Imbal hasil obligasi AS 10-tahun turun 8,6 basis poin menjadi 3,513 persen semalam dan terakhir di 3,5460 persen. Itu lebih dari 80 basis poin di bawah imbal hasil dua tahun karena investor memperhitungkan suku bunga tinggi akan merusak pertumbuhan.

Harga minyak juga telah merosot karena ekspektasi permintaan menurun dan sekarang duduk lebih dari 40 persen di bawah level tertinggi hampir 140 dolar AS per barel yang terjadi tak lama setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari.


Baca juga: Saham Asia dibuka lebih rendah, kekhawatiran pertumbuhan muncul lagi
Baca juga: Saham Asia tarik arus masuk asing bulanan tertinggi dalam dua tahun
Baca juga: Saham Asia catat penurunan terbesar dalam 2 minggu, dolar menguat

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022