Jakarta (ANTARA) - Udara menusuk tulang akibat salju dan angin musim dingin yang cukup kencang. Tapi, kondisi itu tak menyurutkan ratusan eksekutif dan profesional penerbangan dari seluruh dunia guna mengikuti pertemuan tahunan Avia Solutions Group, Jumat 9 Desember lalu di Vilnius, Lithuania.

Avia Solutions Group (ASG) adalah kelompok bisnis yang menawarkan solusi kapasitas penerbangan untuk maskapai penumpang dan kargo di seluruh dunia. Solusi itu termasuk memberikan layanan perawatan dan pemeliharaan pesawat terbang yang biasa disebut MRO (Maintenance, Repair and Overhaul) yang salah satunya beroperasi di Indonesia melalui salah satu anak perusahaannya, FL Technics Indonesia.

Berkantor pusat di Vilnius, Lithuania, konglomerasi yang sudah dianggap aset berharga Lithuania ini memiliki sekitar 100 kantor cabang dan fasilitas produksi di seluruh dunia.

Sepanjang tahun ini ASG mengelola sekitar 137 unit pesawat melalui anak-anak perusahaannya, termasuk FL Technics Indonesia yang berkantor pusat di area Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten.

Jika melihat profil dan sepak terjangnya, ASG telah menjadi raksasa di balik layar industri penerbangan yang memastikan maskapai-maskapai di berbagai belahan dunia bisa mengoperasikan armada terbangnya dalam keadaan aman sehingga tak mencelakakan siapa pun.

Selama pertemuan tahunan yang berlangsung sehari di Vilnius yang juga dihadiri empat wartawan Indonesia termasuk ANTARA, motto 'jagalah langit tetap aman untuk diterbangi', didengungkan oleh eksekutif-eksekutif ASG, mulai Gediminas Ziemelis yang merupakan chairman ASG, sampai CEO FL Technics Indonesia Martynas Grigas.

Selain memastikan langit aman untuk diterbangi, kelompok usaha pimpinan Gediminas Ziemelis ini menggeluti juga bisnis media, digital, pelatihan penerbangan, dan banyak lagi.

ASG juga berada di balik perusahaan-perusahaan kargo dunia seperti Chapman Freeborn, Magma Aviation, SmartLynx, AviaAM Leasing dan Bluebird Nordic, selain memiliki sendiri unit-unit bisnisnya termasuk bisnis kargo yang di Indonesia diproyeksikan mulai beroperasi tahun depan lewat BBN Airlines Indonesia.

Dalam pertemuan yang tepat diadakan di seberang Hotel Loop yang menjadi tempat menginap rombongan dari Indonesia termasuk ANTARA, ada fakta unik yang berkaitan dengan Indonesia.

Fakta unik itu adalah betapa grup usaha penerbangan multinasional yang inti bisnisnya MRO itu memandang Indonesia sebagai salah satu pasar paling atraktif selain Brasil, India, Australia dan Eropa.

Ini memang soal bisnis biasa, tapi bagaimana mereka menempatkan Indonesia dalam posisi yang begitu tinggi adalah membanggakan bagi negeri ini.

Dalam format di mana sejumlah anak perusahaan maju mempresentasikan kisah suksesnya, FL Tehcnics Indonesia mereka sebut "New Kids On the Block" atau unit bisnis baru yang memberikan sumbangan besar kepada kemajuan usaha korporasi lintas negara ini.

Ini bukan hanya kisah sukses FL Tehcnics Indonesia, namun juga ilustrasi mengenai bagaimana Indonesia dianggap sebagai lingkungan bisnis yang menarik di mata dunia.

"Indonesia adalah pasar penerbangan yang luar biasa besar," kata CEO FL Technics Indonesia Martynas Grigas di hadapan para eksekutif dan profesional ASG dalam presentasi sekitar 15 menit itu.

Indonesia juga menjadi bagian dari rencana ambisius ASG selama satu tahun ke depan, yakni membidik laba sebelum pajak sebesar 1 miliar euro (Rp16,5 triliun).

Angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan 2022 di mana dalam periode sembilan bulan tahun ini sampai September sudah menangguk total pendapatan 1,3 miliar euro (Rp21,4 triliun). Target itu mungkin merupakan bagian dari optimisme tinggi karena pandemi diproyeksikan sudah tak mengganggu usaha penerbangan dunia.
 
CEO FL Technics Indonesia Martynas Grigas dalam sesi wawancara khusus dengan wartawan Indonesia di Vilnius, Lithuania, pada 9 Desember 2022. (ANTARA/Istimewa)


Tempat bagus untuk bisnis

Yang menarik dari pemaparan para peserta pertemuan itu adalah ASG tidak acak dalam memutuskan investasi, ekspansi atau saat harus mengakuisisi sebuah unit bisnis, termasuk dalam menentukan rencana-rencana bisnisnya di Indonesia.

Menurut para eksekutifnya, termasuk Martynas Grigas, ASG memiliki strategi yang dipikirkan dengan cermat agar kehadiran globalnya dalam setiap bisnis bisa mendukung seluruh anak perusahaan sehingga kelompok usaha ini tumbuh bersama dalam sebuah keluarga besar.

Namun berdasar catatan ANTARA, momen terbesarnya adalah ketika bos besar mereka, Gediminas Ziemelis, lebih dari satu kali menyebut Indonesia sebagai pasar menarik bagi bisnis penerbangan dunia, termasuk untuk ASG.

Di samping Brasil, Australia, dan lainnya, Indonesia disebut menawarkan kesempatan baru yang besar, khususnya bisnis MRO, dan juga usaha kargo. Salah satu indikatornya adalah terus bertambahnya penerbitan Sertifikat Operator Penerbangan (AOC) di kawasan-kawasan itu.

Sebelum Gediminas menyampaikan fakta ini, Martynas Grigas yang mengetuai lengan bisnis ASG di Indonesia (FL Technics Indonesia), sudah mengelaborasi keseksian pasar penerbangan Indonesia beserta aspek-aspek terkaitnya.

Itu bukan saja berkaitan dengan MRO yang menjadi usaha inti mereka, namun juga bisnis-bisnis terkait lain seperti kargo yang berusaha mereka dalami.

"Setelah bertahun-tahun beroperasi di sini (Indonesia), kami melihat posisi yang bagus karena orang-orangnya (sumber daya manusia), karena budayanya, karena betapa terampilnya orang-orang sini, karena regulasinya. Saya bisa bilang Indonesia adalah pilihan yang tepat," kata Martynas Grigas sebelum pertemuan tahunan itu dimulai.

FL Technics hadir di Indonesia sejak tujuh tahun lalu pada 2015 ketika mereka memenangkan tender untuk kepemilikan hanggar pesawat milik eks Batavia Air. Kini setelah sekian lama, mereka melancarkan ekspansi usaha ke Bali.

Menurut Martynas, FL Technics telah membenamkan modal sebesar 15 juta dolar AS (Rp234,9 miliar) untuk hanggar di Bandara Soekarno-Hatta.

Jumlah itu segera disusul dengan 25 juta dolar AS (Rp391,5 miliar) lainnya untuk pengembangan hanggar di Bali yang merupakan bagian dari ekspansi perusahaan MRO ini.

Total, mereka memproyeksikan investasi sebesar 40 juta dolar AS (Rp626,4 miliar) untuk operasi bisnis di Indonesia.

Peningkatan komitmen bisnis mereka ini melukiskan cara FL Technics dan ASG dalam memandang ekosistem bisnis penerbangan di Indonesia yang disebut Martynas sebagai istimewa, termasuk kualitas sumber daya manusianya.

"Kami sempat terkejut ternyata orang Indonesia begitu terampil, sangat ingin belajar, dan sangat mudah dilatih. Indonesia sungguh tempat yang sangat bagus untuk mengembangkan bisnis," kata Martynas.

Dalam soal sumber daya manusia, di samping etos pekerja Indonesia yang disebutnya sangat bagus, juga karena sistem pendidikan yang membuat pasar penerbangan Indonesia tak pernah kekurangan pasokan sumber daya manusia yang terampil.

"Negara Anda memiliki begitu banyak universitas yang tak henti menghasilkan begitu banyak insinyur setiap tahun. Bagi kami ini sungguh lingkungan bisnis yang bagus," sambung Martynas.

Dia menggarisbawahi bahwa bisnis penerbangan dan khususnya MRO adalah tentang manusia, bukan mengubah manusia menjadi mesin.
Salah satu bengkel perbaikan pesawat milik FL Technics yang berinduk kepada perusahaan induk, Avia Solutions Group, yang terletak di hanggar bandara Vilnius di Lithuania pada 8 Desember 2022. (ANTARA/Jafar Sidik)


Geluti bisnis kargo

ASG dan Fl Technics sendiri berusaha berlaku timbal balik dengan apa yang berlaku di Indonesia.

Untuk itulah mereka berusaha adaptif dengan budaya Indonesia seperti umum ditempuh perusahaan-perusahaan multinasional lainnya.

Ini pula yang menjadi salah satu faktor yang membuat mereka memberi tempat yang lapang kepada pekerja lokal Indonesia.

"Kami kini punya 300 teknisi di Indonesia namun jika yang di Bali sudah beroperasi, maka bakal ada 700 orang. Dari 300 (staf) itu cuma ada empat bule, dan jika Bali buka mungkin hanya ada 15 bule," kata Martynas.

Martynas yang sudah tujuh tahun tinggal di Indonesia mengaku sudah beradaptasi baik dengan budaya Indonesia sampai ikut-ikutan menyebut "bule" guna mengistilahkan warga kulit putih yang berada di Indonesia.

Namun demikian, FL Technics bukan satu-satunya perusahaan MRO di Indonesia, karena ada juga perusahaan-perusahaan yang beroperasi dalam lahan yang sama, termasuk PT Garuda Maintenance Fasility Aero Asia Tbk atau GMF AeroAsia.

Uniknya Martynas tak menganggap anak perusahaan Garuda Indonesia itu sebagai pesaing, apalagi sektor yang digarap FL Technics adalah pesawat berbadan sempit yang berbeda dari sektor yang digeluti GMF.

"Orang-orang bilang GMF itu pesaing, padahal kami justru saling membantu, mereka membantu kami, (sebaliknya) kami membantu mereka. Kami hanya berbisnis dalam sektor badan sempit, dan pasar sektor ini di Indonesia amat besar," kata Martynas.

FL Technics sendiri sepertinya tak mau bermain dalam sektor-sektor itu saja. Untuk itu mereka juga membidik bisnis kargo dan penerbangan carter.

"Indonesia mempunyai potensi pasar kargo yang amat besar, terutama akibat e-commerce-nya yang terus berkembang yang membuat industri manufaktur di Indonesia semakin besar," ulas Martynas.

Situasi itu mengharuskan adanya sistem pengiriman barang yang besar dan luas yang menjangkau semua kota, daerah, dan pulau di seluruh Indonesia.

Menyaksikan pasar yang dalam potensi saja sudah terlihat gemuk ini, FL Technics pun membidik pasar ini dan kini mereka tengah dalam proses menantikan izin operasi untuk maskapai kargonya, BBN Airlines Indonesia.

Mereka juga berencana menggarap penerbangan carter yang diharapkan beroperasi pada 2025. Bahkan Martynas tak menutup kemungkinan memasuki bisnis penumpang komersial.

Namun, semua itu akan dilakukannya dengan cermat, tahap demi tahap, seperti tradisi bisnis perusahaan induknya yang cermat menyusun langkah sebelum memastikan semua langkah bisnisnya.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022