Jakarta (ANTARA) - RSAB Harapan Kita Jakarta sebagai Pusat Kesehatan Ibu dan Anak menghadirkan layanan baru kateterisasi intervensi pada 2023 seiring dengan peningkatan rujukan pasien dengan penyakit jantung bawaan.

“RSAB Harapan Kita sebagai Pusat Kesehatan Ibu dan Anak memiliki peran penting untuk mendukung program Kementerian Kesehatan untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas bayi dan anak,” kata Direktur Utama RSAB Harapan Kita Ockti Palupi Rahayuningtyas kepada media di RSAB Harapan Kita, Jakarta, Kamis.

Ockti menyampaikan bahwa penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan salah satu kelainan bawaan yang terbanyak di Indonesia. Angka prevalensi PJB pada populasi adalah 8-10 dari 1.000 kelahiran hidup dan insiden PJB di Indonesia sebesar 5.000 per tahun.

Baca juga: RSAB Harapan Kita gaet Malaysia tingkatkan ilmu kardiologi intervensi

Melalui kehadiran layanan baru kateterisasi intervensi, kini RSAB Harapan Kita memiliki Catheterization Laboratory (Cath Lab) yang digunakan untuk prosedur medis kardiologi diagnostic invasive, serta ruangan radiologi dan MRI dengan ruangan bertema hewan dan luar angkasa.

"Nantinya akan memudahkan untuk mengetahui adanya PJB sejak janin, sehingga dapat dilakukan persiapan tindakan dan tata laksana bayi yang akan dilahirkan dengan lebih baik," ucap dia.

Selama ini bayi yang lahir dengan kondisi mengalami PJB dirujuk ke Rumah Sakit Jantung Harapan Kita. Namun, bayi harus memiliki berat bada minimal 3 kilogram untuk bisa dioperasi. Padahal bayi-bayi dengan PJB lahir dengan berat kurang dari 3 kilogram, sehingga pasien harus dirawat terlebih dahulu di ruangan Neonatal Intensive Care Unit (NICU RSAB) Harapan Kita yang membutuhkan biaya yang tidak murah dan waktu yang cukup lama.

Baca juga: Ahli: Optimalkan asupan gizi pada anak PJB guna cegah gizi kurang

“Dengan adanya kita buka cath lab maka tidak lama sesudah lahir kita bisa segera melakukan intervensi pada bayi-bayi ini,” ujarnya.

Melalui intervensi yang lebih cepat, lanjut dia, bayi-bayi dapat kembali ke rumah dengan lebih cepat. Termasuk juga terjadinya efisiensi anggaran karena ada pengurangan pemberian obat-obatan serta menurunkan tingkat keterisian tempat tidur yang di atas 90 persen.

“Pembiayaan tetap dilakukan oleh BPJS dan ada efisiensi di sini karena dari berat 1 kg menjadi 3 kg itu bisa 1-3 bulan dan itu biayanya bisa kita tekan karena begitu bayi lahir kita lakukan intervensi barangkali dalam seminggu bayi itu bisa pulang ke rumahnya,” kata dia.

Baca juga: Penyakit jantung bawaan pada anak bisa dideteksi sejak dini

RSAB Harapan Kita mencatat jumlah kasus PJB mencapai 30 kasus per bulan. "Poli jantung anak menerima pasien sekitar 3.000 per tahun dan rawat inap menerima 400 kasus per tahun," katanya.

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022