Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) fokus untuk terus mengembangkan porang sebagai komoditas yang memiliki potensi ekonomi tinggi dengan cara hilirisasi.

Oleh karenanya kebijakan hilirisasi perlu dijalankan untuk meningkatkan nilai tambah porang di dalam negeri melalui pemanfaatan teknologi sesuai arahan Presiden Joko Widodo.

“Produk olahan porang punya pasar ekspor yang menjanjikan, seperti tepung glukomanan, beras porang, dan lain sebagainya. Apalagi harga porang di pasaran ekspor terus meningkat," kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika, pada FGD tentang Pengembangan Industri Pengolahan Berbasis Tanaman Porang, sebagaimana keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.

Pada FGD itu Kemenperin melaporkan beberapa perkembangan yang telah dicapai dalam upaya pengembangan industri pengolahan porang.

“Bahwa dari sisi produksi sudah cukup meningkat, termasuk juga investasi di sektor ini mulai bertambah. Jadi, industri ini semakin tumbuh, dan kemampuan produksinya sudah ada yang sampai pada produk tepung glukomanan,” kata Putu.

Guna lebih mengoptimalkan kebijakan hilirisasi sektor agro ini, Putu menegaskan, pihaknya proaktif menggandeng berbagai pihak dan stakeholder terkait.

“Melalui kolaborasi ini, kami ingin mendapatkan solusi yang komprehensif, khususnya mengoptimalkan penyerapan porang di dalam negeri. Selain itu diharapkan dapat menjadi embrio terbentuknya sebuah ekosistem atau wadah untuk pengembangan industri pengolahan porang yang inovatif dan berdaya saing,” tuturnya.

Putu mengemukakan, budi daya tanaman porang terbilang mudah dan murah karena tidak memerlukan banyak perlakuan khusus.

Baca juga: Pacu hilirisasi, Kemenperin dorong inovasi produk turunan porang

“Tanaman porang mudah tumbuh dalam berbagai kondisi tanah, bahkan di lahan kritis sekalipun, sehingga jika dikembangkan lebih lanjut pada sektor hilir, di Indonesia seharusnya tidak akan memiliki kendala berarti dalam hal pemenuhan bahan baku,” paparnya.

Sementara itu sumber bahan baku tanaman porang saat ini berdasarkan data dari Kementerian Pertanian tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, seperti Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali, dan beberapa daerah lainnya dengan estimasi luas 47.641 hektare.

“Sehingga jika 1 hektare lahan menghasilkan 15 ton, maka estimasi produksi porang adalah kurang lebih 714.000 ton dalam satu tahun,” sebut Putu.

Adapun manfaat porang, terutama umbinya, digunakan untuk bahan baku pembuatan tepung konjak atau tepung glukomanan.

“Umbi porang berpotensi memiliki nilai ekonomis tinggi, karena mengandung glukomanan yang baik untuk kesehatan sehingga prospektif dijadikan sebagai bahan baku industri pangan,” katanya.

Beberapa produk pangan yang mengandung olahan porang, antara lain jelly powder, mi shirataki, beras shirataki, konyaku, sosis, bakso, produk bakeri, cokelat, dan es krim.

“Potensi ekonomi ini jika dikelola dengan baik dan diiringi dengan sinergi antar berbagai pihak akan memberikan keuntungan, baik bagi petani sebagai penyedia bahan baku, maupun industri sebagai penyerap bahan baku untuk diolah lebih lanjut,” kata Putu.

Kemenperin telah mencanangkan target-target hilirisasi komoditas porang ini, khususnya periode 2021-2027. Untuk jangka pendek Kemenperin akan menjaga pasar ekspor chip porang dan mulai mengembangkan produk tepung glukomanan serta mengupayakan injeksi teknologi pengolahan porang.

“Sementara itu target jangka menengah, mengupayakan penguasaan teknologi dan substitusi impor produk tepung serta mengembangkan industri pengguna tepung glukomanan potensial. Sedangkan, untuk jangka panjang adalah mengimplementasikan hasil penelitian dan pengembangan sektor industri potensial berbahan baku atau bahan penolong tepung glukomanan,” ungkapnya.

Baca juga: Indonesia siap penuhi syarat ekspor tepung Porang ke China
Baca juga: Wamentan dorong pemda bentuk perusda hilirisasi produk pertanian

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022