Singapura (ANTARA) - Saham-saham Asia jatuh untuk hari kedua berturut-turut pada awal perdagangan Jumat, dan menuju minggu terburuk mereka dalam dua bulan, setelah banyak bank sentral menaikkan suku bunga dan memperingatkan akan ada lebih banyak kenaikan yang akan datang tahun berikutnya.

Suku bunga naik di Eropa, Inggris, Swiss, Denmark, Norwegia, Meksiko dan Taiwan pada Kamis (15/12/2022) , menyusul kenaikan suku bunga AS pada Rabu (14/12/2022) dan janji bank-bank sentral untuk terus menaikkan suku sampai inflasi dijinakkan, membuat pasar khawatir tentang potensi resesi.

Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang tergelincir 0,65 persen dan telah merosot 2,1 persen pada minggu ini. Indeks Nikkei Jepang juga terpuruk 1,5 persen.

Semalam di Wall Street, S&P 500 mengalami penurunan persentase terbesar dalam lebih dari sebulan dan jatuh 2,5 persen. Sementara itu, obligasi bertenor lebih lama naik dan dolar AS menguat.

"Bank sentral masih hawkish, masih berniat menaikkan suku bunga," kata Ahli Strategi Mata Uang Asia RBC Capital Markets, Alvin Tan, di Singapura.

"Jadi ada ketegangan antara bank-bank sentral yang lebih hawkish dari yang diperkirakan pasar, dan dikotomi itu telah ditekankan selama 48 jam terakhir oleh The Fed dan Bank Sentral Eropa."

Baca juga: Saham Asia melorot, tertekan Fed "hawkish" & kekhawatiran COVID China

Pada Kamis Bank Sentral Eropa (ECB) membuat kenaikan 50 basis poin seperti The Fed, dengan keduanya memilih kenaikan yang lebih kecil dari sebelumnya, tetapi menandai bahwa akan ada lebih banyak kenaikan akan datang daripada yang diperkirakan investor.

Presiden ECB Christine Lagarde mengatakan informasi saat ini mengisyaratkan "kenaikan 50 basis poin lagi pada pertemuan kami berikutnya dan mungkin pada satu setelah itu, dan mungkin sesudahnya," mendorong pedagang untuk mendongkrak ekspektasi suku bunga Eropa.

"Ini bukan perubahan arah," katanya tentang kenaikan suku bunga yang lebih kecil. "Kami tidak melambat, kami siap untuk pertandingan panjang."

Imbal hasil obligasi Eropa melonjak, dengan imbal hasil Jerman dua tahun melonjak 24,2 basis poin, kenaikan satu hari terbesar sejak krisis keuangan 2008.

Bank sentral Inggris (BoE) juga mengumumkan kenaikan 50 basis poin, dan memperkirakan lebih banyak lagi. Bahkan Norges Bank, bank sentral Norwegia, yang mulai mendaki pada September tahun lalu dan telah menaikkan suku bunga sebesar 275 basis poin sejak saat itu, naik 25 basis poin pada Kamis (15/12/2022) dan mengatakan belum selesai.

Di China, di mana pasar bergejolak di sekitar pembukaan kembali yang tidak pasti, kelegaan atas penyelesaian sengketa akses akuntansi yang sudah berlangsung lama dengan Amerika Serikat tidak cukup untuk mendorong reli, dan Hang Seng turun 1,0 persen.

Baca juga: Saham China dibuka lebih rendah, indeks Shanghai jatuh 0,40 persen

Prospek suku bunga jangka pendek yang lebih tinggi juga membuat investor gelisah tentang pertumbuhan jangka panjang karena ada tanda-tanda yang berkembang bahwa perlambatan di seluruh dunia semakin cepat.

Aktivitas manufaktur Jepang menyusut pada laju tercepat dalam lebih dari dua tahun pada Desember, sebuah survei perusahaan menunjukkan pada Jumat. Penjualan ritel AS turun lebih besar dari yang diharapkan pada November karena beberapa momentum konsumsi surut dari ekonomi.

Obligasi pemerintah AS 10-tahun naik sedikit, dengan imbal hasil turun lima basis poin, sebelum stabil di Asia di 2,4736 persen. Pergerakan yang lebih besar terjadi pada mata uang, di mana dolar menahan penurunan baru-baru ini dengan lompatan tertajam dalam dua bulan.

Indeks dolar naik 0,9 persen. Dolar melonjak 1,7 persen dan melampaui rata-rata pergerakan 200 hari terhadap yen, di mana dolar terakhir stabil di 137,37 yen. Dolar Australia mengalami sesi terburuk dalam dua tahun dan jatuh 2,4 persen.

"Kali ini bukan imbal hasil obligasi AS yang mendorong pergerakan, melainkan hanya perasaan bahwa jika kebijakan Fed tetap ketat lebih lama ... itu bisa menjadi sulit untuk aset-aset berisiko," kata ahli strategi di bank ANZ dalam sebuah catatan pasar.

"The Fed mungkin tidak mendaki secepat itu, tetapi masih memiliki suku bunga kebijakan tertinggi di G10 dan akan menjadi salah satu dari sedikit bank sentral yang mengambil kebijakan (tingkat suku bunga) melewati 5,0 persen."

Baca juga: Dolar menguat di Asia, Fed isyaratkan kenaikan suku bunga lebih lanjut

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022