Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Kamis malam tiba di tanah air dari lawatan selama 10 hari untuk kunjungan kenegaraan ke lima negara di Timur Tengah, yaitu Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Persatuan Emirat Arab, dan Yordania. Pesawat Garuda Indonesia Boeing A 330-300 yang membawa Presiden dan rombongan tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, pada pukul 22:35 WIB. Turut dalam rombongan Presiden antara lain Ibu Negara Ani Yudhoyono, Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, Menko Perekonomian Boediono, Menakertrans Erman Suparno, Menteri Agama Maftuh Basyuni, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, dan dua juru bicara kepresidenan, Dino Patti Djalal dan Andi Mallarangeng. Di Halim Perdana Kusuma, Presiden Yudhoyono disambut oleh sejumlah pejabat tinggi negara, antara lain Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menko Polhukkam Widodo AS, Menko Kesra Aburizal Bakrie, Kapolri Jenderal (Pol) Sutanto, Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto, Kepala BIN Syamsir Siregar, Wagub DKI Fauzi Bowo, dan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Firman Gani. Sebelumnya, kunjungan kenegaraan yang dilakukan Kepala Negara ke Arab Saudi berlangsung pada 25-28 April, ke Kuwait 28-30 April, Qatar pada 30 April-1 Mei, Persatuan Emirat Arab pada 1-2 Mei dan Yordania pada 3-4 Mei. Di Arab Saudi, Presiden Yudhoyono antara lain bersama Raja Abdullah bin Abdul Azis menyepakati dilakukannya peningkatan perlindungan terhadap ratusan ribu TKI yang bekerja di negara tersebut. Ia juga meminta Raja Abdullah bin Abdul Azis untuk mendorong para pengusahanya meningkatkan investasi ke Indonesia dan perdagangan bilateral. Selama kunjungannya di Arab Saudi, Presiden dan rombongan, termasuk anggota keluarga Presiden yaitu Ani Yudhoyono, kedua puteranya Agus Harimurti dan Edhie Baskoro serta menantunya Annisa Larasati Pohan, berkesempatan menunaikan ibadah umrah. Dalam kunjungannya di Kuwait, Yudhoyono mendapatkan jaminan dari Emir Kuwait Sheik Sabah Al Ahmad Al Jaber Al Sabah bahwa Kuwait akan memperhatikan pemberian hak-hak TKI yang bekerja di negara tersebut dan akan menangani kasus-kasus pelanggaran ketenagakerjaan secara serius. Di bidang ekonomi, Presiden meminta Kuwait untuk menjajaki kemungkinan untuk membangun pengilangan minyak di Indonesia. Kepada Emir Qatar Syeikh Hamad Bin Khalifa Al-Tani ketika bertemu dalam kunjungan di Doha, ibukota Qatar, Yudhoyono antara lain mengusulkan Jakarta sebagai tuan rumah sidang komisi bersama bilateral bulan Juli 2006 untuk membahas rencana konkret peningkatkan hubungan dagang kedua negara. Sementara itu, menurut Ketua Kadin, MS Hidayat, Indonesia dan Qatar sepakat akan mendirikan sebuah Pusat Perdagangan atau "Trading House" di Qatar guna meningkatkan ekspor Indonesia ke Qatar dan negara-negara di sekitarnya, termasuk untuk 15 jenis produk yang potensial dijual di kawasan tersebut. Di Abu Dhabi, Persatuan Emirat Arab, Presiden Yudhoyono memerintahkan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu untuk segera memanfaatkan kembali Pusat Promosi Perdagangan Indonesia (Indonesian Trade Promotion Center) di Timur Tengah guna mengoptimalkan pangsa pasar di kawasan itu. Di negara terakhir yang dikunjunginya, yaitu Yordania, Yudhoyono dan Raja Abdullah menyepakati bahwa Raja Yordania itu dalam waktu dekat akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia. Kunjungan itu terutama dilakukan untuk meningkatkan hubungan ekonomi dan perdagangan karena volume perdagangan bilateral kedua negara dianggap masih sangat kecil, antara lain karena para pengusaha dari kedua negara belum saling mengenal kemampuan mitra dagangnya. Pada 2004 volume perdagangan Indonesia-Yordania sebesar 320 juta dolar AS namun anjlok menjadi hanya 160 juta dolar AS pada 2005. Di Amman, ibukota Yordania, Presiden Yudhoyono juga sempat mengadakan pembicaraan melalui telpon dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas dan keduanya menyepakati kunjungan kepala negara Palestina itu ke Jakarta pada Juni 2006.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006