Singapura (ANTARA) - Yen naik di awal perdagangan Asia pada Senin pagi, di tengah berita bahwa pemerintah Jepang akan merevisi pernyataan bersama dengan bank sentral Jepang (BoJ) atas target inflasi terakhirnya, berpotensi membuka jalan bagi perubahan kebijakan moneter ultra-longgar BoJ.

Yen bertahan 0,6 persen lebih kuat di 135,91 per dolar, setelah menyentuh level tertinggi 135,80 di awal sesi.

Perdana Menteri Fumio Kishida bermaksud membuat target inflasi BoJ 2,0 persen menjadi tujuan yang lebih fleksibel dengan merevisi pernyataan bersama yang telah berumur satu dekade dengan bank sentral, kantor berita Kyodo melaporkan pada Sabtu (17/12).

Pernyataan saat ini mengikat BOJ untuk mencapai target inflasinya "sedini mungkin", dan BoJ dengan gigih mempertahankan kebijakan moneternya yang dovish. Sikap itu dan perbedaan suku bunga yang dihasilkan dengan seluruh dunia telah menyebabkan yen jatuh lebih dari 15 persen tahun ini.

"Saya pikir hasilnya adalah, ini mungkin memberikan fleksibilitas tepat waktu, tetapi tidak mengikat bias kebijakan moneter dengan satu atau lain cara," kata Vishnu Varathan, kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank.

"Dan pada akhirnya, itu tidak serta merta memiliki dampak yang segera atau terlalu besar pada yen, setidaknya sampai muncul kejelasan tentang niat dan eksekusinya."

Di tempat lain, dolar melemah pada awal perdagangan Asia, dengan sterling bertahan 0,29 persen lebih tinggi pada 1,2175 dolar, setelah jatuh 1,0 persen minggu lalu karena investor bertaruh bahwa bank sentral Inggris (BoE) mungkin mendekati akhir siklus kenaikan suku bunga. .

Euro naik 0,14 persen menjadi 1,0598 dolar, sedangkan Aussie naik 0,25 persen menjadi 0,6703 dolar AS.

Indeks dolar AS tergelincir 0,18 persen menjadi 104,62.

Serangkaian pertemuan bank sentral minggu lalu melihat BoE, Federal Reserve, dan Bank Sentral Eropa (ECB) masing-masing menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin, dengan Fed dan ECB menyampaikan pesan hawkish dan menjanjikan lebih banyak kenaikan ke depan, bahkan dengan risiko. pertumbuhan yang menyakitkan.

Aktivitas bisnis AS berkontraksi lebih lanjut pada Desember karena pesanan baru merosot ke level terendah hanya dalam waktu 2,5 tahun, S&P Global mengatakan dakam laporan Indeks Output PMI Komposit AS Jumat (16/12).

Di China, Presiden Xi Jinping dan pejabat seniornya berjanji untuk menopang ekonomi negara yang terpukul itu pada tahun depan, ketika bergulat dengan penyebaran infeksi COVID yang memburuk setelah tiba-tiba mengakhiri banyak prinsip utama dari kebijakan nol-COVID.

Yuan di pasar luar negeri terakhir sedikit lebih tinggi di 6,9720 per dolar.

"Saya pikir langkah pelonggaran terlalu cepat," kata Carol Kong, ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia.

"Dalam waktu dekat, data ekonomi akan terus melemah dan menunjukkan gangguan terkait COVID, dan saya pikir jika kita melihat penurunan lebih lanjut dalam data ekonomi, maka pasar mungkin akan memikirkan kembali pandangan optimis mereka untuk ekonomi China."
 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022