Kita harus menstimulir pertumbuhan -pertumbuhan ekonomi baru, di daerah-daerah baru, di kawasan yang selama ini belum terjangkau baik
Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyampaikan dunia akan dihadapkan pada kenaikan tingkat inflasi dan risiko resesi dalam waktu bersamaan pada 2023.

“Tahun depan tantangan ekonomi makro ada dua. Apakah menghadapi inflasi, sehingga harus meningkatkan tingkat suku bunga sehingga inflasi turun, atau menghadapi resesi yaitu menurunkan tingkat suku bunga sehingga ekonomi bergerak,” kata Mahendra dalam webinar bertajuk Sosialisasi dan Edukasi Perlindungan Konsumen yang dipantau di Jakarta, Senin.

Menurut dia, otoritas moneter tidak memungkinkan untuk mengatasi kedua hal tersebut sekaligus, yang mana tugas utamanya hanya mengendalikan tingkat inflasi, bukan menanggulangi pelemahan ekonomi.

“Kalau dia menggunakan obat penanggulangan inflasi. Maka dampak kepada pertumbuhan ekonomi di luar kompetensinya, bukan di situ tugas BI (Bank Indonesia) atau bank sentral lainnya dimanapun seluruh dunia, tapi di penanggulangan stabilitas harga,” kata Mahendra.

Dengan demikian, menurut dia, apabila harga melambung tinggi dan dibarengi perekonomian yang melemah, maka pemerintah harus turun tangan mengatasi hal tersebut dengan mendorong pertumbuhan.

"Tahun depan dua hal itu terjadi sekaligus. Inflasinya tinggi, resesinya berat. Jadi mau naikkan tingkat bunga, makin resesi. Tidak naikkan tingkat bunga, inflasinya naik terus," kata Mahendra.

Selain itu, lanjut dia, 2023 masih dihadapkan pada konflik geopolitik yang para analis memperkirakan belum akan selesai dalam waktu 10 tahun ke depan, yang tentunya akan mempengaruhi logistik dan rantai pasok di tingkat global.

Namun demikian, dia menyebut para analis hingga lembaga multilateral memperkirakan ekonomi Indonesia dan kawasan Asia Tenggara akan tetap tumbuh positif di kisaran 5 persen year on year (yoy) pada 2023.

“Bagaimana ini kok bisa? Jawabannya adalah karena kita memiliki pasar dalam negeri dan pasar kawasan yang besar. Pasar dalam negeri ini yang harus dioptimalkan aspek konsumsinya, aspek investasinya, aspek belanja pemerintahnya,” kata Mahendra.

Dalam kesempatan ini, dia mengatakan Indonesia harus menstimulasi sumber pertumbuhan- pertumbuhan baru di daerah, sebagai bekal untuk menghadapi ketidakpastian perekonomian global pada tahun- tahun mendatang.

“Kita harus menstimulir pertumbuhan -pertumbuhan ekonomi baru, di daerah-daerah baru, di kawasan yang selama ini belum terjangkau baik,” kata Mahendra.

Baca juga: Kementerian PUPR: Sektor properti diharapkan sokong ekonomi RI di 2023

Baca juga: Menko Airlangga: Ekonomi kuat Indonesia modal hadapi resesi 2023

Baca juga: Ekonom: Pelemahan daya beli masyarakat perlu diwaspadai di 2023


Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022