Kami menyayangkan bahwa saat ini stok vaksin COVID-19 untuk anak di Indonesia sangat tipis, bahkan mungkin nol
Jakarta (ANTARA) - Vaksinolog Dirga Sakti Rambe meminta pemerintah tidak mengabaikan masalah stok vaksin COVID-19 untuk anak-anak mengingat Indonesia akan menyambut libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023.

“Kami menyayangkan bahwa saat ini stok vaksin COVID-19 untuk anak di Indonesia sangat tipis, bahkan mungkin nol,” kata Dirga dalam Virtual Class: Kasus COVID-19 Terus Terkendali yang diikuti di Jakarta, Rabu.

Dirga mengaku menyayangkan situasi dimana pemerintah, masih harus terpaku dengan menggunakan vaksin jenis Sinovac bagi anak-anak yang berusia 6-12 tahun guna melindungi mereka dari COVID-19.

Dengan stok jenis vaksin tersebut yang dilaporkan mulai minim di sejumlah daerah, menempatkan anak-anak dalam situasi rawan karena COVID-19 masih ada.

Apalagi anak belum bisa mendapatkan jenis vaksin seperti AstraZeneca ataupun Pfizer karena belum ada izin yang dikeluarkan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Baca juga: Bio Farma tunggu restu pemerintah uji klinis IndoVac untuk anak

Baca juga: Stok Sinovac kosong, vaksinasi anak di Sulsel dihentikan Dinkes


“Kami berharap pemerintah segera mencari solusi atas masalah ini, karena anak-anak juga bisa terkena COVID-19. Anak-anak yang sakit berat ataupun yang meninggal juga ada begitu banyak,” katanya.

Meskipun demikian, Dirga menduga adanya keterbatasan stok vaksin untuk anak disebabkan oleh transisi untuk menggunakan vaksin yang diproduksi secara lokal yakni Indovac atau Inavac, yang kemungkinan juga disiapkan untuk anak.

“Jadi kemungkinan dalam waktu mendatang, anak-anak kita ini akan diizinkan untuk menggunakan vaksin tadi, sekaligus untuk mengurangi ketergantungan kita terhadap vaksin impor,” ujar Dirga.

Kemudian menanggapi adanya solusi seperti vaksin hidup (inhalasi) seperti di China dan India, Dirga menjelaskan bahwa Pemerintah Indonesia belum memiliki rencana untuk menggunakan atau mengimpor vaksin lain selain menggunakan jarum suntik.

Namun, dengan adanya perkembangan bioteknologi yang semakin baik dan berinovasi, maka antibodi yang terbentuk melalui hirup, akan terbentuk di saluran pernafasan manusia. Berbeda dengan suntik, yang membentuk antibodi dalam sel darah.

“Begitu virus corona ini mau masuk ke saluran nafas kita, antibodi lini pertama di hidung di saluran nafas itu sudah ada dan disiapkan. Ketimbang harus menunggu lagi di dalam darah, logikanya seperti itu,” katanya.

Meski efektivitas pembentukan antibodi terjadi di tempat yang lebih tepat, tidak mudah untuk memproduksi vaksin dengan metode inhalasi tersebut.

“Tapi pesan saya kalau kita melihat seluruh merek vaksin COVID-19 yang beredar di Indonesia pada saat ini, apapun mereknya kita bersyukur bahwa efektivitasnya masih sangat baik dalam mencegah gejala berat termasuk kematian,” ujarnya.

Baca juga: 500 anak di Padang jadi target uji klinis vaksin COVID-19 lokal

Baca juga: Dokter Anak: Vaksin lengkap penting cegah penularan COVID-19


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022