Calon pengantin memahami pentingnya berencana dalam keluarga
Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) meminta semua pihak untuk lebih memperhatikan kesehatan organ reproduksi masih menghantui seluruh perempuan di Indonesia dalam merayakan Hari Ibu Nasional 2022.
 

“Permasalahan kesehatan organ reproduksi perempuan adalah salah satu masalah kesehatan ibu yang sering dihadapi perempuan di Indonesia dan berdampak pada kualitas hidup perempuan,” kata Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Eni Gustina saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.
 

Eni menyatakan bahwa kesehatan reproduksi telah menjadi salah satu topik yang cukup mendapat perhatian dari beragam pihak karena berkaitan dengan kualitas generasi di masa depan. Salah satunya yang paling disoroti adalah terjadinya anemia pada ibu sebagai salah satu faktor risiko penyebab tingginya angka kematian ibu (AKI).
 

Selain anemia, penyakit yang paling sering menghantui perempuan di Indonesia adalah kurang gizi, perdarahan karena keguguran kemudian persalinan berisiko akibat penyakit organ reproduksi menjadi beberapa contoh terkait kesehatan perempuan.

Baca juga: Kepala BKKBN: KDRT wujud ketidakmampuan toleransi berkeluarga

Baca juga: Kekerasan terhadap anak harus distop, kata Presiden

 

Oleh karena itu, masalah kesehatan perempuan perlu perhatian serta ruang untuk bisa melakukan sosialisasi secara lebih luas agar perempuan mengetahui informasi kesehatan reproduksi yang sering dialaminya, sekaligus mendapatkan jalan keluar atas permasalahan yang sering dihadapi di tempat pelayanan primer.
 

Eni turut membeberkan jika banyak perempuan, terpaksa mengalami ketakutan secara mental yang luar biasa karena adanya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang merupakan wujud ketidakmampuan suami istri bertoleransi dalam berkeluarga.
 

“Bagi orang yang masih kurang dewasa dalam memaklumi orang lain, maka pasti akan timbul konflik. Kalau sampai terjadi KDRT, ini pasti puncak ketidakmampuan dalam menoleransi orang lain,” kata Eni.


Menurut dia dalam membangun dan membina hubungan sebagai pasangan rumah tangga, kedua pihak tidak boleh hanya mengandalkan kesiapan secara fisik seperti usia yang cukup untuk melahirkan atau mempunyai harta dalam jumlah yang sanggup memenuhi kebutuhan sehari-hari saja.
 

Pembangunan rumah tangga juga perlu memperhatikan kesiapan mental pasangan tersebut, di mana kesiapan mental dapat terbangun melalui adanya toleransi atas perbedaan masing-masing melalui pembelajaran setiap hari.
 

Dalam membangun dan membina hubungan sebagai pasangan rumah tangga, kedua pihak tidak boleh hanya mengandalkan kesiapan secara fisik seperti usia yang cukup untuk melahirkan atau mempunyai harta dalam jumlah yang sanggup memenuhi kebutuhan sehari-hari saja.
 

Dengan demikian, Eni menyarankan calon pasangan pengantin untuk tidak terburu-buru dalam melangsungkan pernikahan. Diharapkan semua pasangan bisa merencanakan semua aspek mulai dari kesiapan secara fisik, finansial hingga mental, sehingga keluarga yang dibangun menjadi berkualitas dan sejahtera.


“Kami berharap sejak usia muda, para calon pengantin dapat memahami betapa pentingnya berencana dalam keluarga, sehingga kasus KDRT di Indonesia tidak terjadi dalam setiap rumah tangga,” ucap Eni.

Baca juga: Harganas momentum perangi kekerasan anak

Baca juga: BKKBN: Pemahaman gaya hidup yang salah sebabkan remaja putri anemia


 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022