Magelang (ANTARA News) - Hujan debu di beberapa desa di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jateng, diperkirakan efek luncuran lava pijar dari puncak Gunung Merapi yang mengarah pelataran Kali Gendol Sleman. "Bukan hujan abu, tetapi kemungkinan hujan debu, akibat terjadi luncuran lava pijar," kata Petugas Pos Pengamatan Merapi di Babadan, Kabupaten Magelang, Ismael di Magelang, Sabtu. Hujan debu dirasakan masyarakat sekitar Kecamatan Dukun pada Jumat (5/5) sekitar pukul 22.00 WIB. Mereka menyebut sebagai hujan abu, sejumlah orang keluar rumah untuk membuktikan kabar bahwa telah terjadi hujan debu. Jarak antara Kali Gendol di wilayah Kabupaten Sleman dengan Dukun Kabupaten Magelang, katanya, sekitar 10 kilometer. Ketika terjadi luncuran lava pijar, katanya, angin bertiup dari arah timur ke barat sehingga debu akibat luncuran itu terbawa ke arah barat hingga wilayah Dukun. Ia mengatakan, sinar api pengaruh dari luncuran lava pijar terlihat secara visual sebanyak tiga kali dari Pos Babadan yakni pada Jumat (5/6) pukul 18.47 WIB dan 19.20 WIB serta Sabtu (6/5) pukul 00.17 WIB. Petugas Pos Pengamatan Merapi, baik di Babadan, Ngepos, Jrakah maupun di Selo, melihat sinar api di puncak Merapi dari luncuran lava pijar ke arah Gendol sebanyak 14 kali. Luncuran lava pijar ke pelataran Kali Gendol itu hingga sepanjang sekitar 200 meter. Laporan Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta (5-6 Mei 2006) yang terpantau di Pos Pengamatan Babadan, Sabtu (6/5) antara lain asap solvatara warna putih tebal bertekanan lemah dari puncak Merapi membumbung ke langit dengan ketinggian 600 meter terpantau dari Pos Kaliurang Sleman. Cuaca di puncak pada malam hingga pagi hari cerah, siang dan sore hari berkabut atau mendung. Petugas Pos Kaliurang melaporkan, pada Jumat (5/5) terjadi guguran lava pijar sebanyak 14 kali sedangkan guguran lava pijar Sabtu (6/5) pukul 00.00 hingga 06.00 WIB sebanyak 10 kali dengan jarak luncuran hingga 200 meter ke pelataran Kali Gendol. Gempat vulkanik dangkal dua kali, gempa fase banyak 173 kali, gempa frekuensi rendah satu kali dan gempa guguran lava 105 kali. Hingga saat ini pertumbuhan kubah lava terus berlangsung.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006