Meski teknologi dalam pengelolaan air limbah yang digunakan Korsel dengan BP Batam sama, yakni memanfaatkan bakteri pengurai,, namun ada satu yang menarik yaitu konsep bangunannya
Batam, Kepri (ANTARA) - Badan Pengusahaan (BP) Batam mempelajari teknologi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) bawah tanah Korea Selatan guna menambah daya tampung untuk meminimalisir air limbah yang mencemari lingkungan di Batam.

General Manager Pengelolaan Lingkungan BP Batam, Iyus Rusmana menyatakan, dari kunjungan yang dilakukan pihaknya, IPAL domestik di Korsel berkapasitas besar yakni 47.000 m3 per hari, lebih dari dua kali lipat dari IPAL domestik Batam yang hanya 20.000 m3 per hari.

"Kita bisa mencontoh mereka, tentu butuh dukungan masyarakat dari semua, baik pemerintah maupun masyarakat, agar apa yang telah diupayakan dapat membawa manfaat ke depan. Harus ada yang memulai dan BP Batam sejak 1995 sudah membangun dan terus mengembangkannya,” katanya dalam taklimat meedia yang diterima ANTARA di Batam Kepulauan Riau, Senin (26/12) 2022.

Menurutnya, meski teknologi dalam pengelolaan air limbah yang digunakan Korsel dengan BP Batam sama, yakni memanfaatkan bakteri pengurai,, namun ada satu yang menarik yaitu konsep bangunannya.

“IPAL ini meminimalisasi ruang, bangunan di bawah tanah adalah IPAL dan di atasnya adalah gedung kantor dan ruangan monitoring serta gedung lainnya. Ini bagus dan efisien, tapi membutuhkan biaya lebih besar. Serta kelemahannya adalah bau tinja yang menyengat karena udara terjebak dalam ruangan meskipun ada ventilasi udaranya,”kata Iyus Rusmana..

Salah satu perwakilan dari Water Quality Restoration Center di Seongnam City Hall, Korsel mengatakan, IPAL ini dibangun sejak tahun 1978 dengan mengusung tema bawah tanah. Dengan memanfaatkan luas bangunan, IPAL dibangun di bawah tanah, sementara operasional dan administrasi berada di lantai dasar.

Dengan sumber daya manusia hanya 17 orang, IPAL ini beroperasi setiap hari dengan mengolah 47.000 ton limbah rumah tangga. Air baku hasil pengolahan kemudian dialirkan kembali ke sungai yang berada di tengah Kota Seoul, Korsel.

“SDM kami sedikit, tapi serba bisa. Keterampilan SDM harus disiapkan dengan baik,” katanya.

Ia juga menambahkan bahwa semua negara harus segera memulai proyek seperti ini. Fasilitas ini sangat penting untuk menjaga kesehatan masyarakat dan fasilitas lingkungan.

“Di negara atau kota manapun harus investasi ini, untuk jaga kesehatan masyarakat. Memang biaya besar, tapi manfaatnya juga sangat besar termasuk investasi jangka panjang,” katanya.

Sebelumnya, BP Batam telah melakukan pertemuan sekaligus penandatanganan Memorandum of Meeting (MoM) pada 22 Desember 2022, dengan beberapa perusahaan Korea.

MoM menyatakan komitmen semua pihak untuk kembali memulai proyek pengerjaan IPAL di Batam. IPAL ditargetkan akan selesai pada akhir 2024, khusus untuk IPAL domestik Batam.

 

Baca juga: Sebanyak 467 kontainer limbah impor di Batam proses reekspor

Baca juga: DPRD Kepri desak ekspor ulang 49 kontainer limbah

Baca juga: Hasil pemeriksaan 65 kontainer limbah impor diserahkan ke KLHK

Baca juga: DLH: Limbah B3 menumpuk di Batam


Pewarta: Ilham Yude Pratama
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022