Pekanbaru (ANTARA News) - Seekor gajah jantan dewasa kembali ditemukan masyarakat dalam keadaan mati mengenaskan dengan tubuh dipenuhi luka tembak diduga akibat diberondong pemburu profesional, sementara seekor lainnya ditemukan sudah menjadi kerangka. Koordinator Human Elephant Conflic WWF Riau, Nurchalis Fadli di Pekanbaru, Senin mengungkapkan, gajah jantan dewasa itu ditemukan mati di kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI) PT Rimba Lazuardi di dekat kebun kelapa sawit KKPA Lubuk Batu Tinggal, Desa Pontian Mekar, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau. Kondisi bangkai gajah terlihat mengenaskan dalam posisi duduk dengan tiga lubang peluru di keningnya, sementara belalainya dipotong sampai ke pangkal sehingga memudahkan untuk diambil gading dan gigi-giginya secara utuh. Gajah berusia sekitar 25 tahun ini ditemukan sekitar 4-5 hari lalu di kawasan HTI PT RL di perbatasan Taman Nasional Teso Nilo, sementara seekor lainnya yang tidak jauh dari lokasi pertama belum diketahui penyebabnya karena bangkai gajah itu tinggal kerangka. Modus kematian gajah ini sama dengan kematian seekor gajah dewasa berusia 30 tahun di Desa Tasik Serai, Kab.Bengkalis, tiga minggu lalu, di mana di kepala dan sekujur tubuh ditemukan lubang bekas tembakan senjata api dan belalai dipotong hingga ke pangkal. Diperkirakan pelaku penembak gajah di Inhu ini masih satu kelompok dengan pembunuh gajah di Tasik Serai. Tim dari WWF bersama Kepala Seksi Wilayah I KSDA Riau, Nukman, saat ini sedang menuju lokasi ditemukannya gajah mati itu. Perburuan gajah liar di sejumlah daerah di Riau untuk diambil gadingnya, tahun lalu menyebabkan terjadinya bentrok antara aparat kepolisian dengan beberapa pemburu gajah liar dari Bengkulu, saat aparat menyergap mereka di sebuah gubuk di tengah hutan di Kab.Rohul. Akibat bentrok itu, setidaknya seorang pemburu tewas dan beberapa lainnya diringkus dan setelah diadili divonis hukuman cukup berat hingga puluhan tahun. Menurut Nurchalis Fadhli, kematian gajah di Inhu akibat ditembak pemburu ini semakin menambah panjang daftar deretan gajah mati di Riau di mana sejak awal Januari hingga Mei 2006 sudah mencapai 17-an ekor. "Data belasan gajah mati itu merupakan kematian gajah yang diketahui. Jumlah 17 ekor itu merupakan data minimal yang kita ketahui. Mungkin masih banyak lagi kasus kematian gajah yang tidak terungkap, maklum saja kondisinya jauh dari pemukiman penduduk," kata Nurchalis. Sementara itu dari data WWF Indonesia jumlah gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Riau menyusut drastis, bahkan dalam tujuh tahun terakhir populasi gajah berkurang hingga 50 persen, dari sekitar 700 pada tahun 1999 menjadi sekitar 350-an ekor saat ini. Berkurangnya populasi gajah itu karena hilangnya habitatnya akibat kebijakan konversi lahan. Selama 23 tahun terakhir tutupan hutan Riau telah berkurang hingga 57 persen, dari 6,4 juta hektar menjadi 2,7 juta hektare dan sebagian besar akibat aktivitas konversi ilegal.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006