Kami melihat perbaikan kinerja dan kesepakatan dengan para kreditur menjadi sebagian alasan suspensi saham Garuda Indonesia bisa dilepas,
Jakarta (ANTARA) - Saham Garuda Indonesia diharapkan dapat terbang tinggi setelah memasuki babak baru dengan selesainya restrukturisasi serta diikuti pencabutan suspensi saham mulai awal 2023.

“Kami melihat perbaikan kinerja dan kesepakatan dengan para kreditur menjadi sebagian alasan suspensi saham Garuda Indonesia bisa dilepas," kata Pengamat BUMN Toto Pranoto dalam keterangan di Jakarta, Rabu.

Menurutnya, apabila kinerja per kuartal bisa menunjukkan perbaikan, ada harapan muncul kepercayaan investor untuk memegang kembali saham dan diharapkan saham maskapai plat merah ini dapat terbang tinggi. Hal itu tentu membutuhkan waktu mengingat tren pergerakan saham baru dibuka pada awal pekan ini

Baca juga: Garuda penuhi syarat homologasi, Erick: Restrukturisasi terbesar

Optimisme tersebut didasari oleh pembukuan kinerja positif yang berhasil dicatatkan pada 2022, di mana Garuda Indonesia berhasil menekan utang hingga 50 persen, serta konsistensi pertumbuhan kinerja positif sejak pertengahan 2022 menjadi dasar iklim kinerja yang positif di  2023 ini di mana hingga kuartal III-2022 maskapai pelat merah tersebut telah membukukan laba hingga 3,7 miliar dolar AS.

Ia juga memberikan masukan bahwa sebagai BUMN Tbk maka perbaikan governance menjadi syarat mutlak ke depan karena akan menumbuhkan kepercayaan dalam perbaikan kinerja perusahaan. Dengan manajemen lebih baik, diharapkan potensi pasar domestik dan pasar khusus di angkutan haji dan umrah bisa jadi lokomotif perbaikan kinerja.

Pengamat Pasar Modal Wahyu Laksnono mengatakan dengan dirampungkannya Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) menjadi sebuah tahapan penting bagi Garuda untuk semakin memperkuat landasan kinerja usahanya.

“Saya melihat PKPU itu meringankan beban Garuda Indonesia dan diharapkan hal ini membuat maskapai plat merah ini makin ringan terbangnya. Bahkan saya berharap Garuda Indonesia Makin tinggi terbangnya. Di mana struktur biaya jelas makin mendukung, semoga makin sehat,” katanya.

Namun untuk membuat sehat sebuah korporasi yang telah lama sakit itu membutuhkan waktu, yang tidak serta merta disuntikkan bantuan langsung sehat, terlebih lagi isu kesehatan keuangan Garuda Indonesia ini ceritanya panjang dan seperti sudah jadi kutukan salah satu aset BUMN.

Baca juga: Garuda tegaskan PMN untuk biaya pemeliharaan hingga modal kerja

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan sejumlah tahapan strategis telah dilalui pihak dalam merampungkan proses restrukturisasi ini, mulai dari perolehan putusan homologasi atas perjanjian perdamaian oleh PN Jakarta Pusat, termasuk di dalamnya memaksimalkan langkah renegosiasi beban sewa pesawat, restrukturisasi hutang jangka panjang, serta instrumen kewajiban usaha lainnya.

Selain itu, maskapai pelat merah itu juga secara resmi telah menerima dana Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp 7,5 triliun sebagai dukungan terhadap langkah penyehatan kinerja Garuda sebagai maskapai penerbangan nasional.

PMN tersebut berkaitan dengan langkah Right Issue dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebanyak 39.788.136.675 lembar saham atau senilai Rp 7,79 triliun. "Itu meliputi realisasi PMN serta partisipasi pemegang saham lainnya,” katanya.

Dengan serangkaian pendistribusian saham baru tersebut, Garuda saat ini memiliki komposisi kepemilikan saham yang terdiri atas kepemilikan pemerintah sebesar 64,54 persen, Trans Airways 7,99 persen, saham publik 4,83 persen, serta saham kreditur 22,63 persen.

Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023