Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pertemuannya dengan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad Rabu (10/5) di Jakarta akan menanyakan isi surat yang baru-baru ini dikirimkan Ahmadinejad kepada Presiden AS, George W. Bush. Presiden juga akan menanyakan tanggapan Iran terhadap perkembangan seputar rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB yang saat ini sedang dirancang di New York, yang akan menekan Iran untuk membekukan pemrosesan nuklir dan pengayaan uraniumnya. "Adanya surat dari Presiden Ahmadinejad kepada Presiden Bush, kita mungkin mencoba memperoleh dari beliau kira-kira apa isi surat itu, sehingga kita juga punya gambaran yang lebih jelas tentang langkah-langkah berikutnya ke arah upaya mengurangi ketegangan dan mencari solusi damai masalah isu nuklir Iran," kata Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda di Istana Negara, Jakarta, Selasa. Hassan mengatakan hal itu saat menjelaskan agenda pertemuan Presiden Yudhoyono dan Presiden Ahmadinejad yang akan berlangsung Rabu pagi di Istana Negara, Jakarta. Presiden Ahmadinejad pada hari Senin (8/5) telah mengirimkan surat kepada Presiden Bush yang disebut-sebut intinya adalah menyarankan cara baru untuk meredakan ketegangan antarbangsa saat ini. Surat Ahmadinejad tampaknya ditanggapi dingin oleh Washington, yang mengatakan surat itu tidak akan menyelesaikan masalah program nuklir Iran. Surat Presiden Ahmadinejad sendiri membuka kembali kebekuan komunikasi diplomatik di tingkat pejabat tinggi Iran-AS selama lebih dari 20 tahun serta dikirimkan di tengah seruan AS atas sanksi dan ancaman serangan untuk menghentikan kegiatan nuklir Iran. Sementara itu, anggota Dewan Keamanan (DK) PBB di New York saat ini sedang membahas rancangan resolusi yang akan mengharuskan Iran membekukan semua kegiatan pemrosesan-ulang dan pengayaan uraniumnya. Rancangan resolusi yang diajukan Prancis-Inggris kepada DK PBB itu akan mengharuskan Iran menghentikan kegiatan pengayaan uranium, proses pembuatan bahan bakar bagi reaktor nuklir dan memiliki potensi untuk membuat bom atom. Rancangan itu hanya memperingatkan bahwa jika Iran tak patuh, akan ada "langkah lebih lanjut" --yang tak disebutkan dan masih memerlukan resolusi lain. "Ini merupakan kesempatan pertama bagi kita untuk mendengarkan langsung dari Presiden Ahmadinejad apa kira-kira respons Iran terhadap hal-hal yang dirancang di New York sekarang ini," kata Menlu Hassan Wirajuda. Iran selama ini menegaskan tidak akan menghentikan program pengembangan teknologi nuklir dengan argumentasi bahwa setiap negara memiliki hak untuk menggunakan teknologi nuklir untuk tujuan damai. Terhadap isu nuklir Iran, Indonesia sendiri telah menyatakan dukungan terhadap upaya pengembangan teknologi Iran untuk tujuan damai, khususnya untuk energi. Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad dijadwalkan tiba di Jakarta Selasa malam pukul 21:30 WIB. Selain untuk melakukan kunjungan kenegaraan, keberadaan Ahmadinejad di Indonesia juga untuk menghadiri KTT D-8 di Bali, yang akan berlangsung pada 13 Mei 2006.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006