Singapura (ANTARA) - Harga minyak tergelincir di perdagangan Asia pada Selasa sore, di tengah ekspektasi bahwa kenaikan suku bunga lebih lanjut di Amerika Serikat, pengguna minyak terbesar dunia, akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dan membatasi permintaan bahan bakar.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret merosot 33 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 79,32 dolar AS per barel pada pukul 07.19 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terpangkas 29 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 74,34 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan naik sekitar 1,0 persen pada Senin (9/1/2023), setelah China sebagai importir minyak terbesar dunia dan konsumen terbesar kedua, membuka perbatasannya selama akhir pekan untuk pertama kalinya dalam tiga tahun.

Dua pejabat Federal Reserve Amerika Serikat minggu ini memperkirakan suku bunga kebijakan Fed - sekarang di 4,25 persen hingga 4,5 persen - perlu naik ke kisaran 5,0 persen hingga 5,25 persen untuk mengendalikan tingkat inflasi yang lebih tinggi.

"(Ekspektasi) lebih hawkish daripada apa yang pasar perkirakan saat ini (kisaran 4,75-5,0 persen)," kata Yeap Jun Rong. Analis Pasar di IG ini dalam sebuah catatan menambahkan bahwa pidato mendatang dari ketua Fed Jerome Powell,  Selasa, bisa mencerminkan nada hawkish dengan beberapa pushback juga.

Pembuat kebijakan Fed mengatakan data inflasi baru yang keluar akhir pekan ini akan membantu mereka memutuskan apakah mereka dapat memperlambat laju kenaikan suku bunga pada pertemuan mereka yang akan datang, menjadi hanya kenaikan seperempat poin daripada kenaikan yang lebih besar yang mereka gunakan untuk sebagian besar tahun 2022.

China juga menerbitkan kuota impor minyak mentah gelombang kedua 2023, menurut sumber dan dokumen yang ditinjau oleh Reuters pada Senin (9/1/2023), meningkatkan total untuk tahun ini sebesar 20 persen dari waktu yang sama tahun lalu.

Tetapi para analis memperingatkan bahwa kebangkitan permintaan China mungkin memainkan peran terbatas untuk menaikkan harga minyak di bawah tekanan turun ekonomi global.

“Vitalitas sosial kota-kota besar China pulih dengan cepat, dan dimulainya kembali permintaan China patut dinantikan. Namun, mengingat pemulihan konsumsi masih pada tahap yang diharapkan, harga minyak kemungkinan besar akan tetap rendah dan di kisaran ketat," kata analis dari Haitong Futures.

Secara terpisah, stok minyak mentah AS kemungkinan turun 2,4 juta barel, dengan persediaan sulingan juga diperkirakan sedikit turun, jajak pendapat awal Reuters menunjukkan pada Senin (9/1/2023).

Kelompok industri American Petroleum Institute (API) akan merilis data persediaan minyak mentah AS pada pukul Selasa pukul 16.30 waktu setempat (20.30 GMT).

Badan Informasi Energi, cabang statistik dari Departemen Energi AS, akan merilis angkanya sendiri pada Rabu (11/1/2023) pukul 10.30 (14.30 GMT).


Baca juga: Harga minyak naik di tengah ekspektasi tingginya permintaan di China
Baca juga: Menilik ketangguhan energi Indonesia hadapi ancaman resesi global
Baca juga: Minyak melemah di Asia, pedagang tunggu kejelasan kenaikan bunga Fed

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023