"Kita melihat celah dan kemungkinan untuk mendorong proses penyelesaian secara diplomatik, negosiasi, ke arah suatu solusi damai. Dalam kaitan ini, Presiden (Yudhoyono, red) mengusulkan atau menjajaki pembentukan suatu kelompok negosiasi yang diperbe
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia menginginkan adanya forum tambahan beranggotakan sejumlah negara lain, terutama Afrika Selatan, untuk menjadi bagian dari negosiator dalam penyelesaian masalah nuklir Iran agar dapat mengimbangi posisi negara-negara yang bernegosiasi dengan Iran, seperti Inggris, Perancis, dan Jerman. Sementara itu, tentang surat Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad kepada Presiden AS George W. Bush, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganggapnya sebagai sikap yang perlu dihargai. "Kita melihat celah dan kemungkinan untuk mendorong proses penyelesaian secara diplomatik, negosiasi, ke arah suatu solusi damai. Dalam kaitan ini, Presiden (Yudhoyono, red) mengusulkan atau menjajaki pembentukan suatu kelompok negosiasi yang diperbesar," kata Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda di Istana Negara, Jakarta, Rabu malam, sebelum menghadiri jamuan kenegaraan bagi Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad. Forum yang diusulkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu, ujar Menlu, tidak akan berbentuk forum baru. "Saya katakan diperbesar karena kita tahu sebelum ini ada proses negosiasi Iran dengan `UE Three` yaitu Inggris, Perancis dan Jerman. Dan karena itu kita melihat proses ini bisa diperluas dengan melibatkan negara-negara lain secara seimbang, itu misalnya dengan menambahkan anggota Dewan Keamanan PBB lainnya, juga Indonesia dan Afrika Selatan," kata Menlu. Indonesia mengkhawatirkan proses yang sekarang sedang bergulir di Dewan Keamanan PBB yang mengarah kepada pengesahan suatu resolusi yang bisa jadi memberikan sanksi atau hukuman kepada Iran. Sebagai negara yang juga dekat dengan Iran serta negara pihak dari Traktat Larangan Penyebarluasan Senjata Nuklir (NPT/Non-Proliferation Treaty), kata Hassan, Indonesia berkepentingan mencoba mencari celah, yaitu ikut mencari solusi berhubung dampaknya bisa melebar ke kawasan dan dunia. Apakah Indonesia juga akan mengajak negara-negara muslim berpengaruh lainnya seperti Malaysia dan negara di Timur Tengah, ia mengatakan hal itu belum ditentukan. "Kita belum bicara secara spesifik tentang partisipasi. Kita memang menyebut antara lain negara yang selama ini juga melakukan jasa koordinasi. Misalnya Afrika Selatan, yang kita tau punya kredibilitas karena Afsel sebelum ini sudah pada tahap kemampuan membuat senjata nuklir tapi dengan sukarela dia melepaskan kebijakan untuk membangun senjata nuklir dan kembali sepenuhnya pada tujuan damai, katanya. Tentang tanggapan Presiden Iran, Menlu Hassan mengatakan Ahmadinejad menyambut baik usul yang diajukan Presiden Yudhoyono dan dianggap sebagai upaya yang positif untuk memaksimalkan proses negosiasi. "Karena itu kita melihat dalam waktu dekat bagaimana sambutan pihak lain, bagaimana konsep partisipasi didalamnya. Jadi ini yang masih memerlukan penjajakan. Tapi pada dasarnya upaya kita adalah untuk mendorong Iran lebih fleksibel, antara lain dengan menerima kemungkinan proses penyelesaian secara damai daripada sikap yang konfrontatif," ujar Hassan. Menurut Hassan, masalah nuklir Iran memang menjadi bahasan khusus pertemuan Presiden Yudhoyono dan Presiden Iran dalam pertemuan kedua pemimpin negara itu pada Rabu pagi, terutama karena menghadapi situsi terakhir yang berpotensi pada ketegangan baru dan bisa menjurus pada konflik kalau tidak ditangani dengan baik. Hassan Wirajuda juga mengungkapkan pada pertemuan Rabu pagi, Presiden Yudhoyono menanyakan isi surat yang dikirimkan Presiden Ahmadinejad kepada Presiden AS George W. Bush baru-baru ini. Kepada Yudhoyono, Ahmadinejad menjelaskan sebagian isi surat, yang antara lain tentang perspektif Iran bahwa teknologi dan ilmu pengetahuan harus menjadi dan diarahkan bagi kepentingan kemanusiaan. "Tampaknya memang tidak langsung mengenai masalah nuklir itu sendiri," kata Hassan. Menurutnya, Presiden Yudhoyono menghargai sikap Presiden Iran yang telah berkirim surat, namun tidak mengomentari isi surat itu sendiri. Dari Washington, pihak AS telah mengabaikan surat Ahmadinejad itu dan menganggap isi surat tidak menyelesaikan masalah isu nuklir Iran. Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan dirinya tidak kecewa kendati Presiden George W. Bush tidak menanggapi surat yang telah dikirimkannya baru-baru ini kepada Bush. "Sebenarnya saya tidak kecewa. Kami sudah mengirimkan surat kepada Presiden AS, jika mereka memilih untuk tidak menjawab pertanyaan kami, itu terserah mereka. Kami rasa, kami telah melakukan keputusan yang tepat dengan mengirimkan surat itu," kata Ahmadinejad dalam jumpa pers usai bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006