populasi bekantan saat ini tercatat 38 ekor dari awalnya 14 ekor pada tahun 2016.
Banjarmasin (ANTARA) - Berkutat dengan lumpur kawasan mangrove rambai dan terjun ke sungai sudah menjadi "makanan" sehari-hari para pegiat Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) yang beraktivitas di kawasan Stasiun Riset Bekantan, Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan.

Tersedianya makanan di alam bagi bekantan, yaitu buah rambai, menjadi salah satu fokus tim SBI, sehingga keberadaan tumbuhan rambai yang berada di kawasan mangrove (bakau) di pesisir sungai senantiasa dijaga.

Sonneratia caseolaris (rambai padi) merupakan salah satu jenis tanaman mangrove yang tumbuh pada substrat dari kombinasi antara batu, lumpur,dan pasir dengan kedalaman berkisar antara 18-22 cm serta selalu tergenang air.

Daerah hutan mangrove terutama di muara sungai yang tergenang pada saat air pasang dan bebas dari genangan pada saat surut adalah habitat alami bekantan sebagai satwa endemik Kalimantan yang menjadi maskot fauna Kalimantan Selatan.

Amalia Rezeki, pendiri Yayasan Sahabat SBI sadar, untuk menyelamatkan bekantan di Pulau Curiak tidaklah mudah.

Selain berada di luar kawasan konservasi, habitat bekantan tersebut berada di pulau kecil yang luasnya waktu itu tidak lebih dari 3 hektare dan dihuni oleh 14 ekor bekantan.

Bagi Amel, sebutan akrab dosen Pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat (ULM) ini, menyelamatkan bekantan tidaklah mungkin tanpa menyelamatkan habitatnya.

Untuk itulah, ia bersama timnya di SBI berusaha sekuat tenaga berupaya memenuhi daya dukung bagi habitat bekantan.

Tiga strategi utama dalam upaya pelestarian bekantan pun ditempuh yaitu program buy back land atau beli kembali lahan, program restorasi mangrove rambai, serta program pemberdayaan masyarakat.

Untuk buy back land, sejengkal demi sejengkal SBI membeli lahan yang dulunya merupakan hutan mangrove dan habitat bekantan serta keragaman hayati lahan basah lainnya untuk direstorasi dan ditanami pohon rambai.

Amel tahu, SBI tak memiliki cukup uang untuk membeli lahan yang wilayahnya sudah dikelilingi oleh permukiman dan kawasan industri tersebut.

Akan tetapi hal itu tak menyurutkan hatinya dengan semangat dan komitmen yang kuat serta teman-teman yang dengan tulus membantunya.

“Alhamdulillah dengan segala keterbatasan, sedikit demi sedikit telah kami beli kembali dan dihutankan kawasan yang dulu dialihfungsikan," kata Amel ditemui di Stasiun Riset Bekantan, Pulau Curiak, pekan ini.

Alhasil, kini Pulau Curiak mulai tampak hijau dengan kehidupan liar yang menghuni kawasan tersebut.

Pulau Curiak yang awalnya seluas 2,4 hektare, kemudian setelah dilakukan restorasi menjadi 4,01 hektare kini.

Adapun lahan di seberangnya yang juga menjadi habitat bekantan ditanami kembali pohon mangrove rambai (Soneratia caseolaris) sebagai zona penyangga habitat bekantan sekaligus menjadi markas kerja dari Stasiun Riset Bekantan yang dibangun bekerja sama dengan ULM dan Pemerintah Kabupaten Batola.

Untuk capaian perluasan kawasan penyangga kini bertambah luas sekitar 4 hektare melalui program "Buy Back Land".

Amalia Rezeki melakukan penanaman bibit rambai di Pulau Curiak, Barito Kuala, Kalimantan Selatan. ANTARA/SBI
 

Tanam 10.000 bibit rambai

Pada program restorasi mangrove rambai yang bertujuan meningkatkan kualitas lingkungan hidup habitat bekantan melalui pemulihan kerusakan hutan bakau ini, tim menanam pohon mangrove rambai kembali.

Program yang dilakukan SBI di Kalimantan Selatan hingga saat ini telah menanam lebih dari 10.000 bibit rambai.

Hutan mangrove rambai yang ditanam bersama Pertamina Patra Niaga Banjarmasin, Astra Honda Motor, dan masyarakat lokal di sekitar Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak mencakup kawasan Mangrove Rambai Center.

Sejak tahun 2015, sebanyak 10.000 pohon lebih yang ditanam tumbuh dengan baik, bahkan ada yang telah membentuk pulau delta baru di kawasan Sungai Barito yang sekarang dihuni sekelompok bekantan.

Keberhasilan penyelamatan habitat bekantan yang termasuk kawasan mangrove ini bisa dilihat dari peningkatan populasi bekantan saat ini mencapai 38 ekor dari awalnya 14 ekor pada  tahun 2016.

Ini menjadi prestasi tersendiri bagi SBI karena dapat memberikan sumbangsih penambahan populasi bekantan melebihi dari target pemerintah dalam peningkatan 10 persen populasi bekantan selama 5 tahun.

Bahkan sepanjang 2022, terjadi kelahiran delapan bayi bekantan di kawasan Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak dan satu ekor kelahiran di Bekantan Rescue Center Banjarmasin.

Selain sebagai habitat bekantan, hutan mangrove rambai mampu menyerap karbon empat kali lipat lebih besar dari hutan tropis lainnya yang penting bagi mitigasi pemanasan global pemicu perubahan iklim dan timbulnya bencana alam.

Amel juga meyakini upaya restorasi mangrove setidaknya telah mampu memberikan sumbangsih dengan menyerap 3.214,08 ton karbondioksida (CO2) per tahun dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca.

Adapun program pemberdayaan masyarakat, bagi Amel menjaga dan memelihara lingkungan tidaklah mungkin tanpa melibatkan masyarakat di sekitar kawasan habitat bekantan.

Untuk itulah ia mengembangkan desa wisata yang didukung oleh Noormiliyani AS, Bupati Barito Kuala saat itu yang juga Pembina Utama Yayasan SBI sejak tahun 2016 bersama Sutarto Hadi selaku Rektor ULM periode 2014 hingga 2018 dan 2018 hingga 2022.

Pilihan yang tepat baginya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat ialah dengan memanfaatkan bentang alam kawasan Pulau Curiak serta kearifan lokal masyarakat desa setempat, khususnya Desa Marabahan Baru, Desa Anjir Serapat Muara, dan Desa Anjir Serapat Muara 1 atau Desa Kanoco.

Di samping membangun desa wisata dengan mempersiapkan sarana dan prasarannya, Amel juga meningkatkan pengetahuan sumber daya manusia (SDM) masyarakat melalui berbagai pelatihan tentang kepariwisataan.

Tim SBI melatih pembuatan produk olahan ikan seperti seluang dan bilis renyah bagi kaum perempuannya.

Tidak sampai di situ saja, Amel juga membangun Rumah UMKM bersama PT Pertamina sebagai sarana promosi dan pemasaran produk olahan masyarakat.

Dari segi promosi pariwisata, ia juga membangun Bekantan Corner di Bandara Internasional Syaamsudin Noor Banjarbaru yang didukung penuh oleh PT  Angkasa Pura 1 dan Bank Kalsel.

Sebuah terobosan cerdas untuk menggalang wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara.

Terbukti setiap tahunnya sudah cukup teragenda wisatawan asing berkunjung ke kawasan Pulau Curiak dan Taman Mangrove Rambai Center yang diresmikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno pada 2 september 2021.
 

Amalia Rezeki menerima penghargaan Kalpataru 2022 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. ANTARA/SBI

Raih Kalpataru

Jerih payah Amel bersama tim SBI yang tidak saja menumpahkan air keringat, tapi juga air mata, akhirnya tidak sia-sia.

Dia memperoleh penghargaan tertinggi di bidang lingkungan hidup dari Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Lingkungan dan Kehutanan berupa Kalpataru untuk kategori Penyelamat Lingkungan.

Bagi tim SBI, dedikasi bukanlah untuk sebuah apresiasi melainkan bagian dari amanah mulia sebagai kalifah di muka bumi.

Namun Amel sangat mensyukuri atas capaian yang perolehnya bersama tim dari SBI dengan terus memuliakan alam dan menanam pohon untuk melestarikan sebuah peradaban yang diridai oleh Allah.

Ketua Kaukus Lingkungan Hidup DPRD Provinsi Kalimantan Selatan Zulfa Asma Vikra mengapresiasi atas capaian yang luar biasa dari SBI selama ini.

Sebagai wakil rakyat yang intens mengawal komitmen pemerintah di bidang lingkungan, dia pun terus berkolaborasi turun langsung ke lapangan bersama tim SBI dalam upaya konservasi bekantan yang sering disebut sebagai monyet berhidung panjang atau Monyet Belanda karena memiliki ciri fisik berupa hidung yang panjang dan besar, serta warna bulu atau rambut cokelat kemerahan.

"Sebuah aksi nyata luar biasa yang dicapai oleh SBI dalam kurun beberapa tahun ini hingga puncaknya dibuktikannya dengan meraih Kalpataru 2022," ucap dia.

Senada disampaikan Prof. Sutarto Hadi yang selama ini turut membina SBI merasa bersyukur dan bangga melihat perkembangan serta pencapaian SBI baik di bidang riset, pemberdayaan masyarakat maupun mendukung pembangunan pariwisata berkelanjutan yang telah mendunia.

Misi SBI pun sejalan dengan tekad ULM sebagai rujukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dengan unggulan lingkungan lahan basah yang salah satu objek penelitian selama ini habitat bekantan di mangrove rambai.





 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023