Kami juga sedang melakukan pemetaan zona risiko
Palangka Raya (ANTARA) - Wali Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), Fairid Naparin meminta warga yang tinggal di daerah bantaran sungai setempat mewaspadai potensi ablasi atau pengikisan atau erosi tanah akibat aliran sungai.

"Masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Kahayan agar berhati-hati karena longsor tanah akibat pengikisan air sungai susulan bisa terjadi lagi," kata Fairid Naparin terkait terjadinya ablasi di perumahan warga di Palangka Raya, Senin.

Fenomena Ablasi merupakan fenomena pengikisan di daerah Aliran Sungai (DAS) Kecepatan aliran air, banyaknya volume air.

Akibat kejadian itu, puluhan warga juga harus tinggal di lokasi pengungsian yang telah disiapkan pemerintah kota setempat. Selain kebutuhan dasar dan layanan kesehatan, pemkot juga telah menyalurkan bantuan bahan pangan pokok.

Kepala daerah termuda di Provinsi Kalteng itu, solusi terbaik yang dapat dilakukan terhadap peristiwa tersebut adalah relokasi. Hal itu karena wilayah tersebut selain rawan ablasi juga rawan banjir.

Baca juga: BPBD Palangka Raya minta warga waspada potensi banjir kiriman

Baca juga: BPBD Palangka Raya siapkan tiga posko pengungsian korban banjir


Meski demikian, solusi tersebut juga akan diambil jika terjadi kesepakatan antara pemerintah dan warga setempat. Apalagi, bagi sebagian warga, tinggal di kawasan bantaran sungai sudah "mendarah daging".

Di sisi lain, saat ini Pemkot Palangka Raya juga terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan musibah ablasi tersebut. Selain itu, pemerintah setempat juga melakukan pemetaan terhadap potensi bencana serupa.

"Kami juga sedang melakukan pemetaan zona risiko. Termasuk memantau dan melihat secara langsung kawasan yang rawan longsor, sehingga menjadi bahan pertimbangan langkah apa yang dilakukan dimasa mendatang," kata Fairid.

Fairid juga telah memerintahkan dinas terkait, camat hingga lurah untuk memberi perhatian kepada para korban ablasi di kawasan tersebut, termasuk memastikan kebutuhan dasar terpenuhi.

Pewarta: Rendhik Andika
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023