Purwokerto (ANTARA) - Aktivitas warga Dataran Tinggi (Plato) Dieng, khususnya Desa Sumberejo, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, tetap berjalan normal meskipun Kawah Timbang berstatus Waspada, kata Kepala Desa Sumberejo Ibrahim.

"Hingga saat ini kondisi warga masih tenang, karena adanya kearifan lokal. Apalagi, statusnya (status Kawah Timbang, red.) baru Level II atau Waspada," katanya saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa.

Kendati demikian, kata Ibrahim, warga Desa Sumberejo, Kecamatan Batur, Banjarnegara, tetap waspada terhadap peningkatan aktivitas Kawah Timbang terutama saat mereka sedang beraktivitas di ladang.

Baca juga: PVMBG: Aktivitas Kawah Timbang di Dataran Tinggi Dieng terus meningkat

Baca juga: PVMBG naikkan status Kawah Sileri-Dieng menjadi waspada


Menurut dia, pihaknya juga sudah mengeluarkan imbauan atau larangan bagi warga agar tidak terlalu pagi berangkat ke ladang dan pulang ke rumah tidak terlalu sore.

"Sebelum matahari terbit dilarang ke ladang melewati Kawah Timbang, waktu paling aman untuk berangkat di atas pukul 07.00 WIB, dan pulangnya tidak terlalu sore atau sebelum pukul 16.00 WIB," ujarnya.

Ketika cuaca mendung atau berkabut, kata dia, warga yang ladangnya berada di sekitar Kawah Timbang harus segera pulang karena dikhawatirkan terjadi peningkatan kadar gas beracun yang dikeluarkan kawah tersebut.

Menurut dia, hingga saat ini rambu peringatan bahaya gas beracun maupun rambu jalur evakuasi di sekitar Kawah Timbang masih ada.

"Cuma sekarang menara pantaunya rusak, enggak terawat, sehingga harus diperbaiki," kata Ibrahim.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada Jumat (13/1), pukul 23.00 WIB, meningkatkan status Gunung Api Dieng (Plato Dieng, red.) dari Normal menjadi Waspada, karena adanya peningkatan aktivitas di Kawah Sileri dan Kawah Timbang.

Baca juga: PVMBG turunkan status kawah timbang menjadi "waspada"

Terkait dengan hal itu, PVMBG merekomendasikan agar masyarakat dan wisatawan tidak mendekati Kawah Sileri pada jarak 1 kilometer dari bibir kawah karena dapat berpotensi terjadi erupsi freatik berupa semburan lumpur atau lontaran material.

Selain itu, bagi warga di sekitar Kawah Timbang diimbau untuk tidak menggali tanah karena berpotensi terpapar gas beracun yang berbahaya bagi kehidupan.

Pada Senin (16/1), PVMBG kembali mengeluarkan rekomendasi agar masyarakat tidak mendekati kawasan sektor barat daya, selatan, dan tenggara Kawah Timbang dalam jarak 500 meter supaya terhindar dari aliran gas CO2 yang sangat berbahaya bagi kehidupan.

Berdasarkan data, Kawah Timbang pernah mengalami peningkatan aktivitas pada 23 Mei 2011 dan 27 Maret 2013. Dalam dua kali peningkatan aktivitas itu, status Kawah Timbang dinaikkan menjadi Siaga.

Bahkan, Kawah Timbang disebut-sebut sebagai pihak paling bertanggung jawab atas Tragedi Sinila pada 20 Februari 1979 yang menelan korban sebanyak 149 jiwa, karena saat itu warga terjebak gas beracun dari Kawah Timbang yang keluar melalui rekahan-rekahan tanah di lembah Sinila.

Baca juga: BPBD perpanjang masa darurat bencana Kawah Timbang

Baca juga: PVMBG: gas beracun Kawah Timbang tidak terdeteksi


Sementara Kawah Sileri terakhir mengalami erupsi freatik pada 29 April 2021, pukul 18.30 WIB, dan kejadian itu lebih besar dari erupsi freatik yang terjadi pada tahun 2017 maupun 2018.

Erupsi freatik pada tahun 2021 disebut lebih besar, karena semburan materialnya mencapai 500 meter, sedangkan dua kejadian sebelumnya hanya sekitar 200 meter.

Akan tetapi erupsi terbesar dari Kawah Sileri terjadi pada 13 Desember 1944 karena menelan korban jiwa hingga 117 orang.

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023