Yogyakarta (ANTARA News) - Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, menegaskan bahwa dirinya tetap tidak akan memaksa warga yang bermukim di kaki Gunung Merapi untuk mengungsi, meskipun telah terjadi luncuran awan panas yang mencapai jarak luncur empat kilometer pada Senin pagi. Usai menerima Walikota Yogyakarta, Herry Zudianto, dan Bupati Kulonprogo, M. Toyo Dipo, di Kepatihan Yogyakarta, Senin, Sultan menjelaskan bahwa luncuran awan panas sejauh itu menunjukkan bahwa aktivitas Gunung Merapi sangat berbahaya bagi penduduk setempat. "Kewajiban kita adalah menyelamatkan warga di KRB, dan jangan sampai jatuh korban akibat bencana tersebut," katanya. Oleh karena itu, warga yang tinggal di kaki Gunung Merapi mestinya mematuhi keputusan pemerintah setempat yang meminta warga di Kawasan Rawan Bencana (KRB) untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. "Sebagai Sultan, saya juga tunduk kepada aturan pemerintah, yang merupakan lembaga tertinggi yang menentukan. Masa' kraton yang harus memerintahkan mereka mengungsi. Pemerintah daerah yang berhak memberikan perintah mengungsi. Jadi, mestinya warga juga mengikuti aturan itu," ujarnya. Menurut dia, seorang Sultan juga tunduk kepada pemerintah dan Kraton Yogyakarta, karena bukan merupakan lembaga tersendiri, melainkan lembaga yang harus tunduk para aturan pemerintah. "Jadi saya tidak akan memaksa, kalau masyarakat tidak percaya dan punya kepercayaan sendiri, ya silakan. Tapi, jangan menyalahkan pemerintah, jika sampai jatuh korban akibat bencana Merapi," ujar Sultan HB X yang juga Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Ketika menjawab pertanyaan pers, apakah sebaiknya warga yang masih bertahan dievakuasi secara paksa, Sultan HB X menilai bahwa pemerintah Provinsi DIY tidak ingin memaksa mereka mengungsi, tetapi tetap melakukan pendekatan lantaran mereka merupakan masyarakat yang sudah dewasa, yang bisa diajak bermusyawarah, dialog dan memahami permasalahan. "Selama ini, kita mengajak mereka dialog sebagai orang yang sudah dewasa. Jadi, mengapa mesti dipaksa-paksa? Karena, dengan dialog saja mestinya mereka sudah memahami masalahnya," katanya. Saat ini Pemprov DIY sudah mengeluarkan ketentuan bahwa tidak ada pilihan lain, kecuali warga KRB Merapi harus mengungsi, karena aktivitas gunung itu sudah dinilai membahayakan. "Pemerintah sudah melakukan sosialisasi, dan petugas sudah mendatangi warga, serta mereka yang tidak mau mengungsi tetap dilakukan pendekatan, kalau mereka tidak mau juga, ya bagaimana lagi?," ujarnya. Ketika ditanya pers, apakah warga yang belum bersedia mengungsi masih percaya pada perintah Sultan sebagai raja Kraton Yogyakarta, Sultan HB X mengatakan, seharusnya pemikiran mereka tidak begitu, karena sebagai Sultan pun dirinya tetap tunduk pada keputusan pemerintah. Saat mendapat keterangan bahwa sampai saat ini Juru Kunci Gunung Merapi, Mbah Marijan selaku abdi dalem Kraton Yogyakarta tetap belum mau mengungsi, Sultan HB X mengemukakan, tidak akan memaksa Mbah Marijan dan warganya untuk mengungsi. "Saya tidak mau memaksa mereka, apalagi saya selaku Sultan saja tetap tunduk kepada pemerintah, Mbah Marijan seharusnya juga tunduk kepada keputusan pemerintah," demikian Sultan Hamengku Buwono X. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006