Konservasi habitat dan populasi spesies kunci, antara lain jenis harimau sumatera... merupakan program prioritas Kementerian LHK yang terus menerus dilaksanakan...
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) menjalin kolaborasi dengan Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD) dalam kegiatan konservasi keanekaragaman hayati di sejumlah daerah di Indonesia.

"Konservasi habitat dan populasi spesies kunci, antara lain jenis harimau sumatera, orang utan sumatera dan kalimantan, gajah, badak sumatera, serta jenis-jenis lainnya yang terancam punah, merupakan program prioritas Kementerian LHK yang terus menerus dilaksanakan dengan melibatkan berbagai stakeholder terkait yang memiliki kesamaan pandang dan prinsip-prinsip konservasi,“ kata Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian LHK Bambang Hendroyono di Jakarta, Jumat.

Kegiatan penandatangan nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian LHK dengan YAD dilakukan di Gedung Manggala Wanabakti di Jakarta, Kamis (2/2/2023). Sebagai tindak lanjut, ada pula penandatanganan perjanjian kerja sama masing-masing kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal KSDAE yakni Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Riau, Kepala Balai KSDA Sumatera Barat, dan Kepala Balai KSDA Kalimantan Timur dengan Direktur Eksekutif YAD.

Ruang lingkup perjanjian kerja sama tersebut berlaku selama lima tahun ke depan, meliputi pembangunan dan pengelolaan pusat penyelamatan satwa di Riau, pengelolaan pusat rehabilitasi harimau sumatera di Dharmasraya, Sumatera Barat, dan pengelolaan pusat suaka orang utan di Kalimantan Timur.

Baca juga: KLHK kembangkan bioprospeksi dukung perubahan paradigma konservasi

Adapun kegiatan utama yang dikerjasamakan meliputi dukungan peningkatan kapasitas kelembagaan, pengawetan flora dan fauna dalam penyelamatan satwa liar meliputi harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), orangutan (Pongo pygmaeus) dan satwa liar endemik lainnya, perlindungan habitat satwa, serta pemberdayaan masyarakat.

“Komunikasi adalah kata kunci keberhasilan dalam kolaborasi melestarikan keanekaragaman hayati yang kita miliki," ucapnya.

Lebih lanjut Bambang menjelaskan bahwa habitat satwa liar tidak hanya di hutan konservasi melainkan juga berada hutan lindung, hutan produksi, bahkan di areal penggunaan lain. Oleh karena itu pendekatan konservasi spesies berbasis tapak dan landskap menjadi sangat penting. 

Ketua YAD Hashim Djojohadikusumo mengatakan pihaknya konsisten mendukung upaya pemerintah dalam pelestarian satwa liar terancam punah yang merupakan aset negara yang tidak boleh punah. Dukungan itu, lanjutnya, dimulai pada tahun 2017 di Damasraya, Sumatera Barat, kemudian di Kalimantan Timur dan Riau.

Hashim menegaskan dana untuk berkolaborasi melestarikan keanekaragaman hayati pada kegiatan ini tidak ada satu sen pun dari dana luar negeri, melainkan murni dari Yayasan Arsari Djojohadikusumo.

Baca juga: KLHK:RUU KSDAHE tak perlu atur mekanisme pelimpahan kawasan konservasi

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023