Sydney (ANTARA) - Pasar saham Asia agak stabil pada awal perdagangan Selasa, setelah penurunan tajam dalam 24 jam terakhir, sementara dolar AS tetap tinggi karena investor mempertimbangkan prospek suku bunga akan bertahan tinggi lebih lama di banyak negara maju.

Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang menguat tipis 0,4 persen, setelah saham-saham AS mengakhiri sesi sebelumnya dengan penurunan ringan. Indeks MSCI telah meningkat 0,8 persen sejauh bulan ini.

Indeks S&P/ASX200 Australia naik 0,13 persen, indeks saham Nikkei Jepang terangkat 0,26 persen, indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,68persen dan Indeks CSI300 saham unggulan China naik 0,3 persen pada awal perdagangan.

Bank Sentral Australia (RBA) diperkirakan akan memperpanjang kampanye pengetatan moneternya saat bertemu di kemudian hari.

Bank sentral kemungkinan akan menaikkan suku bunga resmi sebesar 25 basis poin lagi menjadi 3,35 persen, menurut para ekonom yang disurvei oleh Reuters. Keputusan akan diumumkan pada pukul 03.30 GMT.

"Sentimen di pasar didominasi oleh bank sentral dan perkiraan kembali suku bunga lagi," Kerry Craig, ahli strategi pasar global JPMorgan Asset Management, mengatakan kepada Reuters.

"Ekuitas telah berjalan kuat sejak awal tahun sehingga melihat kantong udara muncul sekarang bukanlah kejutan besar."

"Ini adalah minggu yang tenang untuk data ekonomi secara global dan ketika itu terjadi, ketidakpastian suku bunga menjadi tema dominan di kalangan investor."

Di sesi perdagangan Asia, imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun mencapai 3,6268 persen dibandingkan dengan penutupan AS di 3,632 persen pada Senin (6/2/2023).

Imbal hasil dua tahun, yang naik seiring ekspektasi pedagang akan suku bunga dana Fed yang lebih tinggi, menyentuh 4,4368 persen dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 4,456 persen.

Perkiraan kembali suku bunga yang lebih tinggi dimulai setelah pertumbuhan pekerjaan AS yang kuat pada Januari, dengan pekerjaan meningkat 517.000, lebih dari dua kali lipat ekspektasi para ekonom. Tingkat pengangguran mencapai 3,4 persen, terendah dalam lebih dari 53 tahun.

Investor akan mengamati dengan seksama pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell di Economic Club of Washington pada Selasa.

Semalam di Wall Street, Dow Jones Industrial Average turun 0,1 persen, S&P 500 kehilangan 0,61 persen dan Komposit Nasdaq turun 1,0 persen.

"Pasar telah berubah untuk memperkirakan suku bunga Dana Fed akan mencapai puncak tepat di atas 5,0 persen dan sekarang hanya mengantisipasi penurunan suku bunga yang sangat terbatas, hanya satu dari 25 basis poin pada akhir tahun ini," tulis ekonom ANZ.

"Sangat jelas bahwa sentimen rapuh dan bergantung pada data, dan postur defensif baru ini mungkin akan berjalan lebih jauh dalam waktu dekat karena posisi risiko diperkecil."

Dolar melemah 0,04 persen terhadap yen menjadi 132,6, setelah menyentuh level tertinggi tiga minggu di 132,9 selama sesi perdagangan AS.

Mata uang tunggal Eropa naik 0,1 persen di 1,0736 dolar, setelah turun 1,16 persen dalam sebulan.

Indeks dolar, yang melacak greenback terhadap sekeranjang enam mata uang mitra dagang utama, turun sedikit di 103,47 dari level perdagangan AS. Namun, itu tetap jauh di atas level terendah baru-baru ini di 101,55 pada 3 Februari.

Minyak mentah AS naik 0,9 persen menjadi diperdagangkan di 74,78 dolar AS per barel. Minyak mentah Brent juga menguat menjadi diperdagangkan di 81,69 dolar AS per barel. Sementara itu, emas sedikit lebih tinggi dengan emas spot diperdagangkan pada 1.871,65 dolar AS per ounce.


Baca juga: Saham Hong Kong ditutup jatuh karena ketegangan China-AS meningkat
Baca juga: Saham Asia melemah, dolar dapatkan kembali pijakan jelang data gaji AS
Baca juga: Saham China berakhir jatuh karena investor melakukan aksi ambil untung

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023