Ambon (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Maluku meminta Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) Ambon membantu pemerintah dalam memerangi penyebaran berita bohong atau hoaks

"RRI harus membantu mengantisipasi berkembangnya berita-berita palsu dan tidak benar atau hoaks, yang sengaja disebarluaskan oleh pihak tertentu untuk memecah belah persatuan anak bangsa," ujar Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Maluku Sammy Huwae di Ambon, Sabtu, dalam Serijab Pimpinan Baru RRI.

Ia melanjutkan sebagai lembaga penyiaran publik yang bersifat independen, netral dan tidak komersial, RRI Ambon harus berfungsi untuk memberikan pelayanan siaran informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, serta sebagai sarana kontrol sosial.

Ia menegaskan kehadiran LPP RRI Ambon juga harus turut membantu pemerintah daerah dalam menyerap aspirasi masyarakat dan menyuarakan informasi secara akurat, aktual dan seimbang sehingga masyarakat memiliki informasi yang benar dan dapat dipercaya.

"Terutama dalam memberikan informasi yang berimbang kepada masyarakat, agar dapat terus dipertahankan dan lebih ditingkatkan," tegasnya.

RRI sndiri memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan negara Republik Indonesia pada masa penjajahan.

"Pascapengeboman Hiroshima dan Nagasaki pada 1945 di kalangan radio, orang-orang Jepang menjadi curiga terhadap orang-orang Indonesia dan menyensor lebih keras naskah-naskah dan bahan-bahan siaran yang hendak di siarkan di tiap-tiap Hoso Kyoko (stasiun radio Jepang si Indonesia)," katanya.

Namun bagaimanapun pemuda radio yang telah dilatih kemiliteran oleh Jepang justru berbalik arah.

"Kini mereka menuntut penyerahan radio Hoso Kyoku kepada mereka. Seperti Bandung Hoso Kyoku yang dapat direbut tanggal 16 Agustus 1945, tanpa pertumpahan darah meski diwarnai ketegangan akibat Jepang berpendirian bahwa alat alat radio mereka telah didata oleh Sekutu untuk diserahkan," katanya.

Bahkan para pemuda radio di Bandung yang menguasai Bandung Hoso Kyoku mengganti nama Bandung Hoso Kyoku dengan Siaran Radio Republik Indonesia Bandung yang dikumandangkan bertepatan dengan pembacaan teks proklamasi kemerdekaan pada pukul 19.00 waktu Jawa dari studionya di Jalan Tegallega Timur no.15 Bandung oleh pemuda Sakti Alamsyah, Odas Sumadilaga, RA.Darya, dan beberapa penyiar lain dalam beragam bahasa.

Ini dapat tersiar ke seluruh dunia berkat bantuan PTT yang pusatnya di kota Bandung. Tehnisi saat itu Brotokusumo menyebut bantuan PTT sangat penting karena pemancar mereka di Dayeuhkolot sangat besar.

"Saksi yang mendengar siaran proklamasi dari Bandung adalah seorang mahasiswa di Baghdad Irak bernama Imron Rosadi. Ia mendengar siaran itu saat tengah malam setelah shalat tarawih.
Atas siarannya ini, studio kemudian keesokan harinya didatangi pasukan Jepang dan beberapa pegawai yang ada di dalam gedung ditangkap," katanya.

Kemudian pada 11 September 1945, oleh para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan beberapa stasiun radio Jepang yaitu Hoso Kyoku di enam kota.

"Rapat utusan enam radio di rumah Adang Kadarusman Jalan Menteng Dalam, Jakarta. Sehingga menghasilkan keputusan mendirikan Radio Republik Indonesia dengan memilih dr Abdulrahman Saleh sebagai pemimpin umum RRI yang pertama," katanya.

Pewarta: Ode Dedy Lion Abdul Azis
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2023