Bengaluru (ANTARA) - India menargetkan peningkatan lebih dari tiga kali lipat nilai ekspor pertahanan menjadi 5 miliar dolar AS per tahun hingga 2025, kata Perdana Menteri Narendra Modi pada Senin saat meresmikan pertunjukan pesawat udara Aero India.

PM Modi mengatakan, nilai ekspor pertahanan India saat ini masih di angka 1,5 miliar dolar AS, maka dari itu India berencana untuk meningkatkan manufaktur pesawat dalam negeri.

Di acara Aero India yang digelar dua tahun sekali dan berlangsung lima hari itu, India akan menandatangani kesepakatan bernilai 750 miliar rupee atau sekitar Rp136 triliun.

Penandatangan kesepakatan ini juga didorong maskapai-maskapai India yang berupaya untuk menyelesaikan pembelian pesawat jet untuk memenuhi permintaan penerbangan sipil.

Melalui kemitraan, India mendorong produsen pesawat global untuk memproduksi lebih banyak pesawat di dalam negeri.

"Hari ini, India bukan saja menjadi pasar untuk perusahaan pertahanan, tapi juga menjadi mitra potensial," kata Modi.

Modi juga mengajak sektor swasta India untuk berinvestasi lebih banyak ke sektor pertahanan negara itu.

Selama beberapa dekade, India menjadi salah satu importir peralatan pertahanan terbesar di dunia, dan sekarang sudah mengekspor ke 75 negara.

Sebelumnya, India mengekspor helikopter Dhruv produksi Hindustan Aeronautics Limited (HAL) ke Filipina, Mauritius, dan Ekuador. Kepada Filipina, India juga mengekspor sebuah rudal jelajah supersonik yang diproduksi BrahMos Aerospace, sebuah perusahaan patungan Rusia-India.

HAL juga telah menawarkan pesawat tempur ringan bernama Tejas untuk dijual ke Malaysia.

Baca juga: India ungkap helikopter multi peran perdananya

Di ajang Aero India yang berlokasi di Stasiun Angkatan Udara Yelahanka dekat kota Bengaluru, para pejabat menyambut meriah pertunjukan akrobatik oleh berbagai jenis pesawat, salah satunya Sukhoi 30 buatan Soviet.

India, yang berbatasan dengan China dan Pakistan, perlu memodernisasi armada angkatan udara yang masih tertinggal dengan teknologi era Uni Soviet. Pemasok di Uni Eropa dan Amerika Serikat telah melobi India untuk mendapat pangsa pasar yang lebih besar.

Invasi Rusia ke Ukraina juga mengingatkan India bahwa penting untuk mendiversifikasi fondasi pasokan, di tengah kekhawatiran akan sanksi AS, risiko gangguan pasokan dari Rusia, dan tekanan Barat pada New Delhi untuk membatasi hubungan dengan Moskow.

Beberapa perusahaan produsen pesawat yang hadir di pameran itu adalah Airbus, Boeing , Dassault Aviation, Lockheed Martin, Israel Aerospace Industry, BrahMos, SAAB, Rolls Royce, Larsen & Toubro, HAL, dan Bharat Electronics Ltd .

Maskapai penerbangan India juga sedang berkembang pesat, dengan Air India milik Tata Group diprediksi akan mengumumkan kesepakatan pembelian hampir 500 pesawat jet dari Airbus dan Boeing, dengan harga eceran resmi (list price) melebihi 100 miliar dolar AS.

Sumber: Reuters
Baca juga: India tawarkan pesawat tempur ringan ke Indonesia
Baca juga: Angkatan Udara India ungkap masalah Sukhoi Su-30MKI


 

Penerjemah: Kenzu Tandiah
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023