Jakarta (ANTARA) - Psikolog Klinis dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia Irma Gustiana mengatakan perbedaan love language atau bahasa cinta dalam hubungan bisa menimbulkan konflik.

“Tentu bisa menjadi seakan tidak nyambung dan menimbulkan masalah bila cara dua orang mengekspresikan cintanya berbeda,” ujar Irma pada lokakarya di Jakarta, Senin (13/2).

Psikolog yang juga memiliki klinik psikologi Ruang Tumbuh itu menyebut selain kesalahpahaman yang mungkin muncul, perbedaan ini bahkan dapat menyebabkan kandasnya suatu hubungan asmara.

Love language merupakan cara seseorang mengekspresikan rasa kasih dan cintanya kepada orang lain, bisa pada pasangan, sahabat, orang tua, atau pun anak dan saudara.

Baca juga: Solusi hubungan awet, kenali bahasa cinta pasangan

Setidaknya ada lima jenis love language yang dimiliki tiap orang, di antaranya physical touch (sentuhan fisik), words of affirmation (kata-kata penegasan), quality time (waktu berkualitas), receiving/giving gift (menerima/memberi hadiah), serta act of service (pelayanan).

Namun tidak perlu khawatir, Irma menyebut perbedaan love language dalam hubungan baik dengan kekasih, sahabat, ataupun keluarga itu bisa tetap dijalankan.

Pemahaman dan pengertian perlu dilakukan tiap individu agar terhindar dari perselisihan.

“Lakukan lah observasi pada dia, meski tidak diungkapkan, amati apa yang dia sukai, akan terlihat dari ekspresinya, bagaimana cara dia menunjukkan kasih sayangnya kepada kita,” imbuhnya.

Walaupun konflik pasti akan menghampiri, bila apa yang dirinya sendiri inginkan juga yang orang lain mau telah dipahami, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah komunikasi.

Komunikasi yang baik dan efektif menjadi kunci dari segala hubungan.

“Walaupun berbeda caranya yang penting tujuannya sama agar hubungan harmonis, jangan egois hanya mau dimengerti tapi tidak mau mengerti orang lain,” jelas Irma.

Irma mencontohkan, dirinya yang berbahasa cinta physical touch, ia akan dengan gamblang meminta suami dan sang anak untuk memeluknya.

“Dengan berpelukan saya akan merasa dicintai, juga tenang, ya sampaikan saja apa yang kita mau, tidak perlu memperumit keadaan,” katanya.

Baca juga: Psikolog: "love language" dapat diungkapkan pada diri sendiri

Baca juga: "Love Language" seseorang bisa jadi ekspresi trauma masa kecil

Baca juga: Pentingnya tahu bahasa cinta dalam hubungan asmara

Pewarta: Pamela Sakina
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023