Jakarta (ANTARA) - Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) tengah membangun ekosistem pemilu sehat melalui Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
 
"Me-refresh lagi sejak 2014, jadi periode pertama beliau dan periode kedua memimpin negara ini, Presiden Jokowi-JK dan sekarang Presiden Jokowi-Ma’ruf Amin, juga tetap konsisten dengan menggerakkan gerakan revolusi mental," kaya Direktur Jenderal (Dirjen) Politik dan Pemerintahan Umum (Polpum) Kemendagri Bahtiar di Jakarta, Rabu.
 
Bahtiar menyampaikan itu dalam webinar bertema "Pemilu Serentak Tahun 2024 sebagai Sarana Gerakan Nasional Revolusi Mental untuk Mewujudkan Indonesia Bersatu" yang digelar Direktorat Jenderal (Ditjen) Polpum Kemendagri.
 
Dalam gerakan itu, kata Bahtiar Kemendagri diamanatkan untuk membantu Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) mengorganisasikan jajaran pemerintah daerah (pemda) membuat program/kegiatan terkait revolusi mental.
 
Selain itu, pihaknya juga ditugaskan untuk mencari formulasi yang tepat agar pemilu dapat menjadi sarana mempererat kesatuan bangsa.
 
"Semua tahu manusia Indonesia ini sangat bineka, sangat beragam. Nah keberagaman ini justru yang jadi kekuatan. Bahkan konsep-konsep baru sekarang, yang berkembang di dunia justru temuan-nya menyatakan perbedaan-perbedaan atau kebinekaan atau keberagaman itu akan menghasilkan produktivitas yang lebih baik," ucapnya.

Baca juga: Wapres: Gerakan Revolusi Mental mengubah cara kerja orang Indonesia

Baca juga: Menko PMK: Perkuat Peran generasi muda dalam Gerakan Revolusi Mental
 
Ia menyebutkan keberagaman akan memberikan kekuatan dan membuat masa depan menjadi lebih baik. Bahkan, Indonesia bisa menjadi contoh dari salah satu negara besar di dunia yang memiliki “diversity” yang luar biasa, termasuk dalam hal pemilu.
 
Apalagi, lanjut dia saat ini sudah ditetapkan partai politik peserta pemilu yang terdiri dari 18 partai politik nasional dan 6 partai politik tingkat lokal Aceh. Hal itu merupakan abstraksi dari keberagaman ideologi, pikiran, dan aspirasi masyarakat Indonesia.
 
"Jadi jumlah partai politik yang banyak itu harus dipandang sebagai kekayaan dan kebinekaan luar biasa yang dimiliki. Maka semua pihak harus berpikir positif, memandang ini justru kekuatan atau peluang untuk mengubah keberagaman ini menjadi kekuatan untuk membangun bangsa," tuturnya.
 
Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK Didik Suhardi menjelaskan GNRM dilaksanakan karena adanya krisis integritas, kurangnya etos kerja dan daya saing bangsa, melemah-nya budaya gotong royong, serta krisis eksistensi negara bangsa (nation-state) atas masalah disintegrasi nasional.
 
"(GNRM) dalam rangka untuk mempertahankan eksistensi bangsa Indonesia dan negara Indonesia, misalnya, terkait dengan gerakan-gerakan separatis, ideologi, kemudian efek dari globalisasi, SARA, budaya dan kekerasan," kata Didik.
 
Ia mengatakan GNRM penting untuk menyadarkan generasi bangsa saat ini yang secara komposisi didominasi oleh post-gen Z, generasi Z, dan milenial, terhadap berbagai ancaman yang timbul.

Baca juga: Pengamat apresiasi seruan gerakan nasional revolusi mental Menko PMK
 
Kelompok muda menjadi subjek intervensi sejak dini agar menjadi generasi sehat, berpendidikan, berkarakter Pancasilais, serta memiliki kualitas hidup dan kesejahteraan yang baik.
 
Berdasarkan nilai-nilai revolusi mental tersebut, kata Didik aksi nyata gerakan Indonesia bersatu menjelang Pemilu Serentak 2024 bisa diwujudkan dengan perilaku saling menghargai dan gotong royong.
 
Hal tersebut sesuai dengan jati diri dan karakter bangsa yang berdasarkan Pancasila, Undang-undang Dasar (UUD) 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2023