Singapura (ANTARA) - Saham-saham Asia menguat pada awal perdagangan Kamis, mengabaikan risiko kenaikan suku bunga setelah data penjualan ritel AS yang lebih kuat dari permintaan membuat investor memperkirakan suku bunga tetap lebih tinggi lebih lama, karena pasar saham fokus pada sisi cerah untuk laporan laba.

Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang terangkat 0,6 persen pada awal perdagangan. Nikkei Jepang juga naik 0,6 persen.

Di seluruh Asia, KOSPI Korea Selatan memimpin kenaikan dengan melonjak 1,4 persen. Indeks Hang Seng Hong Kong dibuka 0,7 persen lebih tinggi dan indeks saham unggulan China daratan CSI 300 sedikit lebih tinggi.

Indeks S&P/ASX 200 Australia, di mana perusahaan berada di tengah pelaporan laba, naik 0,9 persen. Manajer kekayaan AMP memimpin pecundang dengan penurunan laba tahunan 34 persen yang membuat sahamnya anjlok 13 persen. Namun, keuntungan 26 persen Telstra mendorong saham ke level tertinggi satu tahun.

Penjualan ritel AS meningkat paling tinggi dalam hampir dua tahun pada Januari - naik 3,0 persen dibandingkan ekspektasi kenaikan 1,8 persen - karena warga Amerika membeli mobil, pakaian, dan furnitur meskipun biaya pinjaman lebih tinggi.

Angka-angka tersebut muncul setelah data tenaga kerja yang lebih kuat dari perkiraan dan dengan inflasi yang lebih dari perkiraan.

Dengan Nasdaq meningkat 15 persen sepanjang tahun ini - tetap positif, di pasar suku bunga investor dengan cepat membuang harapan untuk pemotongan di akhir tahun 2023 nanti.

"Banyak data yang cukup positif, jadi orang mungkin berpikir, di mana resesinya," kata Jason Wong, ahli strategi pasar senior BNZ di Wellington.

"Ini positif untuk laba dan dapat mengimbangi suku bunga - setidaknya itulah penjelasan," katanya. "Entah itu, atau itu adalah 'penjualan' (sinyal) besar-besaran".

Suku bunga berjangka AS - yang hanya beberapa minggu lalu menyiratkan suku bunga dana Fed, saat ini ditetapkan antara 4,5 persen dan 4,75 persen, akan turun di bawah 4,5 persen pada akhir tahun - sekarang memperkirakan suku bunga di atas 5,0 persen sepanjang tahun.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun, yang juga mengikuti ekspektasi suku bunga jangka pendek, mencapai level tertinggi sejak November di 4,703 persen semalam. Imbal hasil sepuluh tahun mencapai 3,828 persen pada Kamis.

Greenback berdiri di dekat tertinggi enam minggu terhadap yen, yuan dan kiwi. Imbal hasil obligasi AS 10-tahun, yang naik saat harga obligasi jatuh, mencapai level tertinggi sejak awal Januari.

Indeks dolar AS mengincar kenaikan mingguan ketiga berturut-turut - rekor terpanjang sejak September, ketika indeks melesat menuju level tertinggi 20 tahun.

Dolar mencapai tertinggi enam minggu di 134,36 yen pada Rabu (15/2/2023) dan melayang di 133,99 yen pada Kamis pagi. Dolar juga menguji resistensi di dekat 1,0656 dolar per euro dan terakhir di 1,0669 dolar.

Dolar Australia turun 0,5 persen dan melewati rata-rata pergerakan 50 hari menjadi 0,6868 dolar AS setelah kejutan kenaikan pengangguran yang juga mendinginkan taruhan pada kenaikan suku bunga.

"Aussie masih memiliki beberapa support di sekitar area 0,6850/80 dolar AS, tetapi dengan dolar AS yang naik, Aussie jelas terlihat rentan," kata Rodrigo Catril, ahli strategi mata uang senior di National Australia Bank di Sydney.


Baca juga: Saham Asia naik ke tertinggi 7-bulan, inflasi angkat dolar Australia
Baca juga: Saham Asia menguat, investor cemas suku bunga dan penguncian China
Baca juga: Saham Asia sebagian besar di wilayah positif abaikan penurunan Wall St

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023