Jakarta (ANTARA) - Komandan Komando Pasukan Gerak Cepat (Dankopasgat) TNI Angkatan Udara Marsda TNI Taspin Hasan menjelaskan bahwa tandu yang berputar ketika salah satu prajurit satuannya melakukan evakuasi Kapolda Jambi Irjen Pol Rusdi Hartono terjadi karena korban ditempatkan dengan posisi yang tidak ideal.

Tandu yang berputar itu sempat menimbulkan pertanyaan ketika video evakuasi dari lokasi kecelakaan helikopter Polda Jambi di Bukit Tamia, Kabupaten Kerinci, Jambi, disiarkan media maupun tersebar di dunia maya.

"Karena cedera yang dialami korban, tim memutuskan merebahkannya di drag bar dalam posisi yang tidak seimbang," kata Taspin dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Dankopasgat mengatakan bahwa tim pencarian dan pertolongan (SAR) gabungan memang memutuskan penempatan demikian setelah mendapati Kapolda Jambi mengalami patah tangan dan punggung sehingga diposisikan agak miring.

"Akan tetapi sudah diantisipasi dengan double safety perlengkapan yang kita gunakan, meskipun twist tapi tetap aman," kata Taspin.

Belakangan Dankopasgat bahkan sempat menanyakan langsung kepada Komandan Batalyon Komando 462 Kopasgat Letkol Pas Muhammad Junaidi yang bertugas memimpin tim SAR TNI AU dalam tim gabungan evakuasi tersebut.

"Kopda Ahmad Novrizal, Komandan," kata Taspin mengutip balasan pesan singkat Danyoko 462 Kopasgat.

Meski menimbulkan pertanyaan, adegan dalam video penyelamatan itu juga mengundang apresiasi dari netizen yang menilai prajurit Kopasgat yang bertugas di atas tandu berputar-putar itu tampak tenang dalam menjalankan tugasnya.

Bahkan apresiasi juga datang dari Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo yang mengacungi jempol atas keberanian Kopda Ahmad dalam melakukan tugasnya.

"Atas nama pimpinan Polri, saya mengucapkan terima kasih," kata Kapolri ketika menyambut langsung Kopda Ahmad dan tim SAR gabungan di Bandara Sultan Thaha Saifuddin, Jambi, Rabu.

Aksi Kopda Ahmad menandai tuntasnya proses evakuasi korban kecelakaan helikopter Kapolda Jambi di Bukit Tamia pada Selasa (21/2) sore kemarin.

Dankopasgat menceritakan bahwa sejak menerima perintah dari Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono untuk mengerahkan bantuan pertolongan, ia memang sudah mempertimbangkan untuk menurunkan personel terbaik.

Pilihan itu jatuh kepada Yonko 462 "Pulanggeni" Kopasgat yang berpangkalan di Pangkalan TNI AU (Lanud) Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, karena lokasinya terdekat dari titik kejadian.

Dankopasgat juga memerintahkan tim SAR Tempur (Sarpur) terbaik di Yonko 462 Kopasgat dengan menunjuk Danyonko Letkol Junaidi sebagai pimpinannya.

Danyonko 462 Kopasgat memilih anggota timnya yang terdiri dari Sertu Evis Lukman E., Sertu Al Azhar, Kopda Firmanullah, Kopda Ahmad Novrizal, Praka Demil Din Metra, dan Pratu Yonsan Derek Suidale.

Tim SARPur Yonko 462 Kopasgat berangkat menumpangi helikopter NAS-332 Super Puma H-3211 sejak Senin (20/2) tetapi seluruh tim SAR gabungan memutuskan menunda proses evakuasi karena kendala cuaca di lokasi kejadian.

Cuaca masih menjadi kendala sejak Selasa (21/2) pagi hingga siang, sebelum akhirnya langit cukup cerah dan tim melanjutkan proses evakuasi.

Helikopter TNI AU kemudian melakukan manuver hovering (melayang) di atas lokasi kejadian sebelum akhirnya Kopda Ahmad Novrizal turun menggunakan teknik hoist di tengah angin yang bertiup cukup kencang untuk memulai pengangkatan Kapolda Jambi menggunakan tandu.

"Proses hoist ini memakan waktu total 18 menit sejak turun sampai menarik kembali ke heli," tutur Taspin.

Dankopasgat kembali mengapresiasi keberhasilan proses evakuasi Kapolda Jambi tersebut sembari mengingatkan bahwa tugas tim SARPur sejatinya memang tidak ringan.

"Di medan pertempuran mereka harus masuk ke daerah musuh untuk menyelamatkan prajurit kawan yang tertinggal atau terjatuh. Mereka harus melakukan sebuah misi berani berisiko tinggi di saat pasukan lain sudah keluar dari daerah pertempuran," ujar Taspin.

Baca juga: Kapolri beri cinderamata kepada crew helikopter evakuasi Kapolda Jambi

Baca juga: Kapolri apresiasi Kopda Ahmad Novrizal evakuasi Kapolda Jambi

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2023