Indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 84,5 poin atau 0,26 persen, menjadi menetap di 33.045,09
New York (ANTARA) - Indeks-indeks utama Wall Street beragam pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), dengan S&P 500 memperpanjang penurunan beruntunnya menjadi empat sesi setelah risalah pertemuan Federal Reserve menegaskan kembali sikap keras terhadap inflasi.

Indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 84,5 poin atau 0,26 persen, menjadi menetap di 33.045,09. Indeks S&P 500 merosot 6,29 poin atau 0,16 persen, menjadi berakhir di 3.991,05. Indeks Komposit Nasdaq meningkat 14,77 poin atau 0,13 persen, menjadi ditutup di 11.507,07 poin.

Sebagian besar dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor energi dan real estat berkinerja paling buruk, masing-masing turun 0,8 persen dan 1,0 persen.

Indeks energi berakhir lebih rendah selama tujuh sesi berturut-turut, karena harga komoditas berada di bawah tekanan dari kekhawatiran investor atas pertumbuhan ekonomi di masa depan dan permintaan bahan bakar.

Risalah dari pertemuan Federal Reserve 31 Januari - 1 Februari mengatakan bahwa "hampir semua" pejabat Fed setuju untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga menjadi seperempat poin persentase.

Baca juga: Wall St jatuh terseret kekhawatiran suku bunga lebih tinggi lebih lama

Ada juga dukungan yang kuat untuk keyakinan bahwa risiko inflasi yang tinggi tetap menjadi "faktor kunci" yang akan membentuk kebijakan moneter dan kenaikan suku bunga lebih lanjut akan diperlukan sampai inflasi terkendali.

Pesan seperti itu membawa sedikit kejutan versus apa yang telah dikomunikasikan oleh Fed dan gubernurnya dalam beberapa pekan terakhir, dan saham secara luas stabil setelah rilis risalah, setelah perdagangan berombak sebelum publikasi mereka.

Namun, pelemahan umum pada jam terakhir perdagangan mendorong S&P 500 dan Dow Jones Industrial kembali ke zona merah. Komposit Nasdaq berhasil kembali ke wilayah positif meskipun di saat-saat terakhir, memastikan kerugian tiga sesi beruntunnya terhenti.

"Jelas bahwa Fed bertekad untuk melanjutkan kampanye kenaikan suku bunga, dan mereka akan melakukannya bahkan saat risiko resesi meningkat," kata Ed Moya, analis pasar senior di OANDA.

"Dan itulah mengapa, setelah mencerna risalahnya, Anda melihat pasar sedikit melunak."

Untuk S&P, sekarang berada pada laju negatif terpanjang sejak pertengahan Desember, dan berakhir di bawah 4.000 poin untuk hari kedua berturut-turut: level yang tidak terlihat sejak 20 Januari.

Terlepas dari penurunan yang dialami oleh S&P dan Dow, penurunan tersebut tidak setajam sehari sebelumnya, yang merupakan kinerja harian terburuk yang dicatat oleh pasar pada 2023.

Menyusul kekalahan pasar pada 2022, tiga indeks utama mencatat kenaikan bulanan pada Januari karena investor berharap The Fed akan menghentikan kenaikan suku bunga dan mungkin berubah arah sekitar akhir tahun.

Namun, saham-saham mengalami volatilitas pada Februari, karena para pedagang memperkirakan suku bunga yang lebih tinggi lebih lama, dengan asumsi bahwa inflasi tetap lebih tinggi dalam ekonomi yang kokoh.

Pelaku pasar uang memperkirakan suku bunga akan mencapai puncaknya di 5,35 persen pada Juli dan bertahan di sekitar level tersebut hingga akhir tahun ini.

Baca juga: Wall St beragam, S&P 500 berakhir turun karena khawatir suku bunga

"Kita akan melihat apa yang terjadi dengan ekuitas, tapi saya pikir momentum penurunan akan memimpin selama beberapa minggu ke depan," kata Moya dari OANDA.

Sementara itu, CoStar Group Inc jatuh 5,1 persen setelah penyedia pasar real estat daring itu mengatakan tidak lagi dalam pembicaraan untuk membeli pemilik Realtor.com, Move Inc dari News Corp - yang dengan sendirinya sahamnya ditutup 3,2 persen lebih rendah.

Volume perdagangan di bursa AS mencapai 10,58 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 11,61 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.

Baca juga: Wall Street ditutup anjlok, data picu kekhawatiran kenaikan suku bunga

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023